KABUPATEN BLITAR – Musim kemarau memang belum bisa dipastikan. Kendati begitu, sebagian masyarakat di Kabupaten Blitar kudu mulai waspada. Sebab, ada sejumlah wilayah di Bumi Penataran yang disinyalir masih menjadi langganan kekeringan.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Blitar Ivong Berttyanto mengungkapkan, sekitar tujuh kecamatan rawan kekeringan saat musim kemarau. Jumlah itu terdiri dari Kecamatan Binangun, Wates, Panggungrejo, Wonotirto, Bakung, Sutojayan, dan Kecamatan Kademangan.
“Ini berdasarkan pengamatan kekeringan tahun lalu. Kami sudah petakan ini sejak Agustus, tapi masih terjadi hujan di beberapa daerah,” ujarnya, kemarin (24/1).
Kekeringan yang sebelumnya kerap terjadi di wilayah selatan Bumi Penataran ini bukan tanpa alasan. Menurutnya, kondisi ini dipicu wilayah yang tidak mengalami kemarau dalam kurun waktu cukup lama dan curah hujan di bawah normal. Akibatnya, kandungan air di dalam tanah berkurang atau bahkan tidak ada.
Sebagai upaya pencegahan, tahun ini pihaknya menyiapkan sedikitnya tiga armada tangki. Kendaraan ini menjadi sarana penyuplai air bersih untuk kepentingan konsumsi masyarakat yang dilanda kekeringan. Namun, dropping air itu untuk daerah yang melaporkan terjadi kekeringan ekstrem. Pihaknya juga bakal melakukan asesmen di lokasi yang minim air bersih.
“Mekanismenya, kami menyediakan anggaran untuk membeli air bersih ke PDAM dan didistribusikan. Air bersih ini gratis untuk masyarakat,” terang pria yang akrab disapa Ivong ini.
Pihaknya enggan menyebut besaran alokasi anggaran untuk kepentingan pemenuhan air bersih bagi masyarakat ini. Namun, dia memastikan bahwa dana tersebut bersumber dari APBD.
Dia juga mengungkapkan, tahun lalu BPBD Kabupaten Blitar mengalokasikan anggaran sekitar Rp 30 juta untuk menghadapi kekeringan. Namun, anggaran tersebut hanya terserap separo.
Hingga kini, pihaknya juga belum menerima informasi resmi dari BMKG terkait prediksi musim kemarau 2023. Karena itu, dia tidak berani berandai-andai soal peralihan musim tahun ini. Maklum, musim hujan dan kemarau beberapa tahun terakhir sulit diprediksi.
“Karena fenomena alam banyak yang berubah. Jadi, semakin sulit memprediksi kapan periode hujan dan kemarau. Kami tetap tunggu dari BMKG,” tandasnya. (luk/c1/hai)