TULUNGAGUNG – Tingkat kebahagian masyarakat Tulungagung di Provinsi Jawa Timur (Jatim) berada di urutan ke-19 dari 34 provinsi di Indonesia. Dengan begitu, artinya 27,92 persen masyarakat provinsi paling timur di Pulau Jawa ini kurang atau bahkan belum bahagia. Adapun indikator dalam perhitungan tersebut terdiri dari 19 indikator yang dibedakan menjadi tiga dimensi yakni dimensi kepuasan hidup, dimensi perasaan, dan dimensi makna hidup.
Kepala BPS Tulungagung, Mohammad Amin melalui koordinator fungsi (KF) statistik sosial, Suci Handayanti mengatakan, tingkat kebahagian masyarakat di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2021 berada di urutan ke-19 dari 36 provinsi, termasuk Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Pada perhitungan tersebut, tingkat kebahagian masyarakat di Jatim berada di angka 72,08 persen. Dengan begitu, artinya 27,92 persen masyarakat Jatim kurang atau bahkan belum bahagia. “Tidak ada kalau hitungan dalam scope kabupaten. Jika perolehan provinsi seperti itu, kurang lebih di kabupaten juga sama,” jelasnya kemarin (8/6).
Dia menambahkan, tingkat kebahagian di Jawa Timur cenderung meningkat secara rinci dari tahun ke tahun. Diketahui, tingkat kebahagian di Jatim pada tahun 2014 sekitar 68,70 persen, tahun 2017 sekitar 70,77 persen, dan tahun 2021 sekitar 72,08 persen. Kemudian, cakupan survei perhitungan tingkat kebahagian tersebut dilakukan secara serentak di seluruh kabupaten/kota pada 34 provinsi di seluruh Indonesia. Sedangkan pelaksanaan survei dilakukan pada rentang waktu 1 Juli sampai 27 Agustus 2021. “Unit analisis adalah rumah tangga yang dipilih secara acak di setiap kabupaten atau kota, sedangkan total sampel rumah sjumlah 75.000 rumah tangga yang tersebar di 34 provinsi,” paparnya.
Lanjut dia, adapun indikator perhitungan tingkat kebahagian masyarakat di tahun 2021 disusun dari 19 indikator pendukung yang dikelompokkan menjadi tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut yaitu dimensi kepuasan hidup, dimensi perasaan, dan dimensi makna hidup. Kemudian terdapat kerangka kerja indeks komposit kebahagiaan yang terdiri dari jenis kelamin, status perkawinan, kelompok umur, status dalam rumah tangga, banyaknya asisten rumah tangga, dan pendidikan. “Pengukuran ini mengidentifikasi tingkat kebahagiaan sebagai sebuah ukuran subjektif terhadap kondisi objektif dari berbagai domain kehidupan manusia,” ucapnya.
Dia mengaku bahwa pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang menggunakan alat ukur berupa kuesioner terstruktur dan alat bantu. Menurut dia, alat bantu dalam pengumpulan data tersebut yakni scoring atau rating scale. “Semua perhitungan dilakukan secara presisi terhadap pertanyaan-pertanyaan terkait kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup,” tutupnya. (mg2/c1/din)