TULUNGAGUNG – Seminggu pasca tragedi Kanjuruhan, Menteri Sosial Tri Rimaharini berjanji akan mengirim psikolog untuk membantu menyembuhkan trauma keluarga korban di Tulungagung. Hingga kini pihaknya terus melakukan pendataan terhadap korban-korban tragedi Kanjuruhan.
Bahkan dalam beberapa hari terakhir Risma mengaku keliling dari Malang, Pasuruan, Tulungagung dan Blitar untuk mengunjungi dan memberi santunan. Bahkan hingga kini staffnya masih berada di Malang untuk monitoring jumlah dan kondisi korban.
“Kondisi keluarga korban, masih ada trauma hingga kini. Nanti coba kami dorong psikolog untuk mendampingi keluarga melakukan trauma healing. Lama tidaknya psikolog, sesuai kebutuhan mereka,” ujar Risma yang ditemui di Pendopo Camat Ngantru.
Dia, melanjutkan bila belum mengetahui berapa psikolog yang akan diterjunkan di Tulungagung, namun di Malang sudah 30 psikolog hingga saat ini. dalam waktu dekat akan ke Tulungagung. karena pendampingan tidak sebentar, bisa seminggu hingga sebulan.
Selain itu, Risma dan pihak Kementerian Sosial memberikan santunan kepada keluarga korban yang meninggal dunia sebesar Rp 15 juta. Sedangkan untuk korban luka luka juga disantuni Rp 2 juta. Hingga kini petugasnya masih melakukan update data korban luka luka untuk mendapat kepastiannya.
“Saya tidak mau menyalahkan siapa pun. Lantaran anak muda semangatnya sangat patriotis. Namun, dalam hal apapun semua orang harus mempelajari medannya sebelum terjun ke tempat tujuan,” terangnya.
Sementara itu, orang tua korban dari Indi Rahma Putri, Hari Wirena merasa bersyukur telah diber bantuan psikologi dan santunan. Namun dia juga berharap pada pemerintah khususnya kepada panitia pelaksana tolong dilakukan audit kembali peristiwa di Stadion Kanjuruhan.
Hari mengeluhkan ini lantaran selama ini belum ada kunjungan dari panitia pelaksana (Panpel) untuk berkunjung memberikan bela sungkawa keluarga korban yang ada di Tulungagung. Bila nanti panpel datang, tentu pihaknya ingin menayakan bagaimana kronologi yang sebenarnya.
“Penontonnya itu kan arema semua, kok bisa sampai terjadi peristiwa itu. Apalagi sampai ditembakan gas air mata, padahal pertandingan sudah selesai. Padahal yang perlu dilakukan pengamanan itu di lapangan,” pungkasnya.(jar)