KOTA BLITAR – Jajanan berupa takjil kerap dijumpai saat Ramadan. Guna mencegah penggunaan zat berbahaya dan peristiwa keracunan, Dinas Kesehatan (dinkes) Kota Blitar, inspeksi mendadak (sidak) di Jalan Kenanga, kemarin (13/4).
Di pasar takjil tersebut, sidak juga melibatkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Loka Kediri dan laboratorium kesehatan. Hasilnya, tidak ditemukan kandungan zat berbahaya dalam makanan dan minuman (mamin) yang dijual pedagang.
Pengawas Farmasi dan Makanan (PFM) Ahli Muda BPOM Loka Kediri, Rusdiah Fatatik mengatakan, pihaknya menggunakan sistem uji tes cepat (rapid test) terhadap mamin yang dijajakan. Dari total 25 sampel yang diuji tidak ditemukan zat berbahaya. Seperti Rodamin B, boraks, hingga formalin.
“Dengan hasil yang diperoleh melalui rapid test dengan parameter Rodamin B, boraks, formalin, alhamdulillah hasilnya negatif,” kata Rusdiah, kemarin (13/4).
Proses pemantauan dari Tim Koordinasi Pengawasan dan Pembinaan Makanan dan Obat (TKP2MO) Kota Blitar itu dimulai cek lokasi pukul 16.00 sore. Kemudian, mereka mempersiapkan sejumlah peralatan laboratorium di salah satu stan bazar. Pengambilan sampel dilakukan. Di antaranya, bakso, cilok, kerupuk, cincau, dawet, dan sejumlah minuman.
Dengan hasil negatif tersebut, lanjut Rusdiah, masyarakat artinya paham soal pentingnya menghindari zat berbahaya. Selain mengancam keselamatan orang lain, zat beracun seperti formalin bisa mengancam diri sendiri. Seiring waktu, edukasi masyarakat untuk menjajakan mamin semakin baik.
“Artinya, pedagang mendapat edukasi yang baik dari dinkes maupun BPOM Loka Kediri. Pengetahuan masyarakat kian membaik untuk menyajikan masakan sehat,” imbuhnya.
Kepala Dinkes Kota Blitar dr Dharma Setiawan mengaku, kegiatan tersebut merupakan upaya untuk menyadarkan masyarakat yang masih menggunakan zat berbahaya. Menurut dia, lebih baik memanfaatkan bahan yang aman dan higienis sehingga sehat untuk tubuh sendiri dan pembeli. Selain itu, juga turut meminimalisasi terjadinya keracunan.
Pria ramah itu menilai, selama proses pengecekan secara klinis, sampel terbukti aman. Masyarakat yang memberikan sampel mamin juga mengikuti arahan TKP2MO. Artinya, pedagang dengan sadar memproduksi menggunakan bahan yang sehat dan aman.
“Harapannya masyarakat itu tidak sembrono dalam menjual takjil. Mereka terus kami imbau untuk melakukan pencegahan dini,” terangnya.
Dia memastikan kegiatan tersebut tidak akan berlangsung sekali saja. Untuk memantau perkembangan kesehatan takjil, sidak bakal dilakukan sewaktu-waktu. Apabila ditemukan mamin mengandung zat berbahaya, maka penjual bakal dibina lebih lanjut dan mengamankan dagangan. “Pemahaman masyarakat untuk menyajikan takjil sehat harus semakin baik. Karena bazar ini kan jujukan. Wajib memberikan produk yang higienis,” tandasnya. (mg2/c1/wen)