TUGU, Radar Trenggalek – Pencegahan dampak terjadinya longsor di jalan nasional Trenggalek-Ponorogo kilometer (KM) 16 hingga 18 harus segera dilakukan. Hal itu guna mengantisipasi bermunculnya titik-titik longsor baru yang membahayakan masyarakat juga pengguna jalan. Khususnya memetakan wilayah mana saja yang berpotensi menjadi lokasi rawan baru.
Ini terlihat sejak Senin (14/2) hingga Rabu (16/2) kemarin, terjadi longsoran di beberapa titik yang berbeda di sepanjang jalur tersebut. Bahkan, titik terjadinya longsor hingga memutus arus lalu lintas terjadi di titik yang baru. Padahal, tembok penahan tebing telah dibangun di tiga titik yang terpisah guna mengantisipasi longsor tersebut. “Itu seperti longsor terparah pada Senin kemarin (14/2, Red) yang di luar prediksi. Sebab, menurut sejarah yang saya ingat, lokasi di KM 16,4 dan 16,5 belum pernah terjadi longsor,” ungkap Camat Tugu, Budianto.
Dia melanjutkan, tebing sepanjang jalur tersebut sangat rawan longsor. Untuk itu, pemasangan rambu-rambu jalan terkait kondisi tebing yang rawan longsor telah dilakukan sejak awal agar pengguna jalan lebih waspada, seperti mulai masuk KM 16 dari arah Trenggalek, dan awal KM 18 dari arah Ponorogo. Di samping itu, pemerintah kecamatan telah beberapa kali melakukan rapat dengan stakeholder terkait guna mengatasinya. “Jadi antisipasi tersebut telah dibahas dalam rapat yang sudah beberapa kali dilakukan, dan saat itu kami memilah lokasi longsor menjadi tiga level rawan,”katanya.
Untuk level pertama, yaitu daerah paling rawan longsor terjadi di KM 16 sampai 17. Untuk level 2 di wilayah KM 17 hingga 18. Sedangkan untuk level 3, berada di jalur sebelum KM 16. Sebab, kontur tanah di sepanjang jalur tersebut relatif sama yaitu labil dan mudah longsor. Sementara itu, untuk jalur sebelum KM 16 ditetapkan sebagai rawan level 3 karena tebingnya relatif lebih rendah dari lainnya, jika ada longsor pastinya tidak terlalu banyak, apalagi hingga membuat jalur tertutup total.
Bukan hanya itu, kerawanan longsor juga terjadi di tebing bawah jalan. Sebab ketika hujan, kendati tidak besar sudah ada jalan yang ambles. Untuk itu, diharapkan berbagai rapat yang telah dilakukan berbuah hasil, dengan dibangunnya tembok penahan tebing. “Berdasarkan laporan yang ada, pada tebing yang terdapat tembok penahan memang masih longsor. Namun dampak bisa diminimalkan dengan adanya bangunan itu, semoga di lokasi yang lain juga dilakukan hal serupa ke depannya,” jelas Budi.
Seperti yang diberitakan, hujan yang mengguyur Trenggalek Minggu (13/2) lalu membuat bencana longsor di wilayah Jalan Ponorogo-Trenggalek KM 16-18. Akibatnya, jalur lalu lintas di tutup total karena material longsor menutup seluruh bahu jalan. Dari situ, setelah ditutup selama sembilan jam, akhirnya proses pembersihan selesai dan arus lalu lintas bisa kembali pulih. Karena itu, Pj sekda melakukan peninjauan di lokasi. Ke depan akan bekerja sama dengan perguruan tinggi guna melakukan kajian akademik penangananya. Kerawanan longsor tersebut terbukti, sebab setelah dibuka kembali, longsoran di jalur tersebut masih ada namun pada titik yang berbeda.(jaz/c1/rka)