Saturday, May 28, 2022
No Result
View All Result
Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
  • Home
  • Index Berita
  • Berita Daerah
    • Tulungagung
    • Blitar
    • Trenggalek
  • Peristiwa
  • Hukum dan Kriminal
  • Sosok
  • Pendidikan
  • Life Style
  • Sport
  • Home
  • Index Berita
  • Berita Daerah
    • Tulungagung
    • Blitar
    • Trenggalek
  • Peristiwa
  • Hukum dan Kriminal
  • Sosok
  • Pendidikan
  • Life Style
  • Sport
No Result
View All Result
Radar Tulungagung | Semakin Dekat dengan Pembaca
Home Life Style

(FAJAR RAHMAD ALI WARDANA/RATU)

Usung  Konsep Street Art, Berikut Kiprah  Persatuan Penari Perempuan Tulungagung

May 9, 2022
in Life Style
0

TULUNGAGUNG – Bagi Persatuan Penari Perempuan, tari bukan hanya sekadar hiburan atau sarana mencari penghasilan. Namun, menari itu kehidupan karena apa pun yang didapat di hidupnya berasal dari menari.

Tampilan megah belasan penari yang berasal dari berbagai desa di Tulungagung menampakkan diri di tengah pusat keramaian. Sontak mengundang perhatian masyarakat sekitar untuk menikmati tampilan para perempuan itu. Ternyata mereka beraksi untuk merayakan Hari Tari Dunia pada 29 April lalu.

Pantas, pemandangan berbeda tersaji di tengah pusat kota. Bermula di depan Pendapa Kongas Arum Kusumaning Bongso pada Jumat (29/4) lalu. Usai kumandang salat Tarawih yang terdengar dari Masjid Al Munawwar tepat pukul 20.00 WIB, 15 penari bersiap diri dengan pakaian kebaya dan jarik menutupi tubuh para penari perempuan tersebut.

“Biasanya kami memperingati Hari Tari ini dengan tampil di suatu tempat pertunjukan. Namun karena masih dalam kondisi pandemi korona, kami mencoba untuk melakukan pementasan bersifat street performance,” ujar Ketua Koordinator, Ammy Aulia Renata.

Mereka rindu tampil di pementasan yang besar, namun saat kondisi pandemi di Tulungagung terbatas untuk melakukan acara yang mengundang kerumunan. Bahkan, biasanya mereka memperingati Hari Tari bergabung dengan pementasan di luar kota. Bersyukur tahun ini korona berangsur-angsur mereda, meskipun tidak pentas di panggung, konsep street art menjadi alternatif yang tidak kalah bagusnya.

Uniknya penampilan malam itu dibawakan selama 3 jam nonstop yang melewati empat tempat di tengah kota. Dari depan rumah bupati, yakni Pendapa Kongas Arum Kusumaning Bongso lalu melangkah menuju Taman Aloon-Aloon. Hingga berakhir di bundaran TT yang menjadi titik nol dari Tulungagung.

Menurut Renata, sapaan akrabnya, penampilan tari yang dimulai dari pendapa hingga simpang empat  TT itu merupakan suatu titik linier yang berarti besar bagi masyarakat di tanah kelahirannya ini. Sejumlah 15 penari menari di depan rumah bupati dengan koreografi yang menceritakan bahwa mereka sebagai masyarakat dan seniman lahir, mencintai dan ada rasa memiliki Tulungagung.

Lalu setelah hampir 10 menit di depan pendapa, mereka bergerak di depan pohon beringin yang tidak jauh dari lokasi pertama. Di tempat itu, mereka menari dengan koreografi yang menceritakan tentang semua seniman harus menyatu, tidak ada perbedaan atau permusuhan. Dengan menyatu itu, maka mereka merasa memiliki energi yang sama.

“Lalu kami pindah ke Taman Kartini, kami membuat sebuah koreografi yang menceritakan tentang budaya nyethe. Karena nyethe yang asalnya ampas kopi itu, kami merasa perempuan berhak berekspresi dan tanpa memandang gender,” ungkapnya.

Para penari itu membawa segelas kopi sebagai peraga menari, mereka sempat mengoleskan beberapa cethe atau ampas kopi ke tangannya. Bahkan, mereka juga meminum kopi itu di tengah-tengah gerakan menari. Bagi Renata, koreografi ini suatu protes perempuan bahwa keseteraan gender itu ada.

Pukul 21.00 WIB mereka pindah ke Taman Aloon-Aloon dan menari di depan air mancur yang berada di tengah dan di depan tulisan ‘Taman Aloon-Aloon’. Pada tempat itu mereka melakukan koreografi yang menceritakan kesenian reog kendang atau reog dhodhog yang merupakan tradisi khas Tulungagung. Lalu mereka bergerak menuju Taman Titik Nol Kilometer.

Pada taman yang baru diresmikan itu, para penari membawa sebuah gerakan yang menggambarkan caplokan bagian dari seni jaranan. Karena berfungsi sebagai tolak balak, caplokan yang terkenal angkara murka sebagai pandemi korona. Lalu, mereka arak keliling taman hingga caplokan hilang.

Masih di Taman Nol Kilo Meter yang terdapat panggung, mereka melakukan koreografi yang menceritakan kesenian tetek melek. Kesenian itu merupakan simbol tolak balak sehingga mereka membuat refleksi bila adanya kekuatan alam.

“Terakhir kami di Bundaran TT dengan melingkar sehingga terbentuk koreografi yang intinya ritual berdoa memanjatkan puji kepada alam dan Tuhan. Kami juga percaya kalimat ‘wanita ibu bumi’,” terangnya.

Penampilan di Bundaran TT itu jelas banyak menyita perhatian masyarakat yang lewat. Para pengendara motor pun sesekali menolehkan diri untuk sekadar melihat gerakan mereka. Bahkan, ada yang berhenti untuk mengabadikan momen yang mereka sajikan.

Dia menjelaskan jika ide dari penampilan ini sejak awal April, namun 15 penari itu baru bisa berkumpul untuk latihan satu minggu sebelum acara. Sebenarnya banyak penari yang ingin ikut acara besar ini, namun karena terbentur perizinan, maka mereka membatasi.  (*/c1/din)

Tags: kabupaten tulungagungkota tulungagungperistiwa tulungagungradar mataramanradar tulungagungtulungagungtulungagung hari initulungagung update
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Triwulan Pertama, Pemkab Tulungagung Sedot Rp 95 M dari Sektor Pajak

Next Post

Cerita Yohana Tri Yuliati Hadapi Masa Sulit Kelola Tempat Wisata di Blitar

Related Posts

Berbagai Komunitas di Kediri Satu Suara Melawan Pemberangusan Kebebasan Berpendapat

Berbagai Komunitas di Kediri Satu Suara Melawan Pemberangusan Kebebasan Berpendapat

by admin
21 May 2022
0
434

KEDIRI - Hawa dingin yang menyergap selepas hujan tak membatasi...

Band Pop Miss Poke Berhasil Performa Di Event Musik Nasional

by Editor RaTu
20 May 2022
0
524

TULUNGAGUNG - Pop Miss Poke band berganre pop punk asal...

Situs Drawing Exhibition: Beri Edukasi dan Hiburan Masyarakat Lewat Lukisan

by Editor RaTu
17 May 2022
0
718

TULUNGAGUNG - Peringati bulan menggambar nasional yang bertepatan pada Mei,...

Load More
Next Post

Cerita Yohana Tri Yuliati Hadapi Masa Sulit Kelola Tempat Wisata di Blitar

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Ngabuburit sambil Main Inline Skate di Alun-Alun Trenggalek

2 months ago
115

Menteri PPN Suharso Peringati Kesaktian Pancasila di Perpustakaan Bung Karno

8 months ago
124

Popular News

    Facebook Instagram Twitter Youtube

    Radar Tulungagung

    Jawa Pos Radar Tulungagung adalah media yang memiliki 4 wilayah edar yaitu Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kota Blitar dan Trenggalek.

    Category

    Currently Playing

    © 2022 PT Tulungagung Intermedia Digital

    No Result
    View All Result
    • Home
    • Index Berita
    • Berita Daerah
      • Tulungagung
      • Blitar
      • Trenggalek
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Sosok
    • Pendidikan
    • Life Style
    • Sport

    © 2022 PT Tulungagung Intermedia Digital