KABUPATEN BLITAR – Puluhan peserta ujian sekolah berbasis komputer (USBK) tingkat SD terancam mengikuti ujian susulan. Jawaban dari soal yang sudah mereka kerjakan tidak terkirim. Diduga itu karena tidak menekan tombol submit atau kirim.
Meski begitu, Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Blitar menilai wajar. Sebab, USBK baru kali pertama digelar tahun ini. “Tidak hanya itu, ada pula soal yang berupa gambar belum ter-upload. Ada satu hingga dua soal yang seperti itu. Antisipasinya, kami berikan gambaran (soal) pada siswa,” ujar Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Kabupaten Blitar, Luhur Sejati melalui Kabid Pembinaan Sekolah Dasar (SD), Wiji Asrori, kemarin (27/5).
Dari data dindik, USBK yang digelar pada 23-28 Mei itu diikuti 12.400 siswa kelas VI. Mereka berasal dari 667 SD di Bumi Penataran.
Nah, terkait siswa yang tidak mengirim jawaban saat USBK itu, Wiji mengatakan, kemungkinan siswa lupa menekan tombol submit sehingga tidak ada nilai yang bisa direkap oleh dindik. Kendati begitu, setiap hari selama ujian, kendala yang dialami siswa berangsur menyusut. Ujian susulan nantinya bakal diselenggarakan pada Senin (30/5) hingga sepekan mendatang.
“Harusnya, setelah selesai klik submit atau kirim. Nah, itu pengawasnya harus teliti, karena baru pertama ini siswa mengikuti ujian berbasis digital. Sebelumnya pun, hal ini sudah kami prediksi,” lanjut pria ramah itu.
Ujian susulan, lanjut Wiji, akan dikhususkan bagi siswa yang sebelumnya izin saat USBK berlangsung. Yakni, absen lantaran sakit, izin karena anggota keluarga meninggal, dan yang sebelumnya tidak berhasil submit saat ujian.
Disinggung soal pengumuman hasil ujian, dia menyebut, nilai yang sudah terdata di dindik siap untuk direkap. Lalu, nilai siswa dikirim di setiap kecamatan. Apabila nilai siswa tidak muncul, maka siswa bisa mengikuti ujian susulan.
“Kami umumkan Minggu (29/5), lalu Senin mereka ikut susulan,” sambungnya.
Kepala SDN Sumberagung 1, Sri Utami mengatakan, sejauh ini tidak ada kendala yang dialami siswa kelas VI. Menurut dia, mulai jaringan internet hingga ponsel Android yang digunakan siswa bisa bekerja optimal. Karena itu, siswa mudah mengakses soal ujian dan pengiriman lembar jawaban.
Sri Utami menilai, USBK ini meminimalisasi penggunaan kertas. Siswa juga lebih efisien dalam mengerjakan setiap soal ujian. “Kebanyakan dari siswa kami menggunakan ponsel. Hanya dua atau tiga yang pakai laptop. Tapi, alhamdulillah lancar,” ungkapnya.
Khusnul Khotimah, siswa kelas VI SD setempat, mengaku lega setelah selesai menjawab lembar ujian sesi kedua. Dia mengaku, ujian memanfaatkan internet terasa lebih mudah dan canggih. Kendati menghemat waktu, namun dia menyebut sistem ponsel yang lambat menjadi kendala tersendiri.
“Enak pakai HP. Tapi, masalahnya, HP satu dan lainnya kan beda. Tadi sempat lemot (lambat, Red) saat digeser layarnya. Tidak lama, lalu lancar lagi,” ungkapnya. (mg2/c1/wen)
