KOTA BLITAR – Tak hanya vaksinasi, butuh ribuan botol obat untuk mengatasi penyakit mulut dan kuku (PMK). Sayangnya, ketersediaan obat menjadi persoalan setelah pemerintah daerah menyisihkan anggaran untuk pengadaan.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Blitar Nanang Miftahudin mengatakan, ada sekitar 149.612 ekor sapi potong dan 21.972 ekor sapi perah di Bumi Penataran. Dari jumlah itu, pihaknya memprediksi tingkat kematian ternak akibat PMK tidak lebih dari 5 persen. “Itu sudah termasuk yang dipanen dini,” ujarnya.
Dia mengaku, pemerintah kini menggupayakan vaksinasi sebagai langkah untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh virus. Dia tidak menampik jika progres masih jauh dari target yang ditentukan. Alasanya, distribusi vaksin dari pusat terbatas. “Pengiriman pertama, kami terima sekitar 13.000 botol. Kedua, jumlahnya 28.000 botol. Itu nanti untuk vaksin kedua dan sisanya perluasan,” terangnya.
Selain vaksin, Nanang mengaku ada banyak tugas yang juga dilakukan. Pasalnya, nyaris setiap hari ada laporan dari para peternak terkait kondisi ternak mereka yang terpapar virus tersebut. Menindaklanjuti laporan tersebut, biasanya petugas dari dinas melakukan pemeriksaan dan memberikan dosis obat.
Jika mengacu pada jumlah ternak yang berpotensi terpapar virus, jelas butuh obat dalam jumlah besar. Dalam kasus ini, dinas mematok angka minimal, yakni 5 persen kebutuhan obat dari jumlah populasi hewan yang berpotensi terpapar virus. “Jika diakumulasi, jumlah kebutuhan obat itu sekitar 2.800 botol obat. Itu tidak hanya satu jenis, melainkan ada beberapa. Mulai dari vitamin hingga infus,” jelasnya.
Informasinya, disnakan sudah mengajukan angaran untuk pengadaan obat-obatan tersebut. Sedikitnya, Rp 600 juta sudah dialokasikan untuk kepentingan itu. Kemungkinan anggaran tersebut bisa digunakan untuk belanja sekitar 800 botol obat-obatan yang dibutuhkan.
Meski sudah ada anggaran, bukan berarti masalah selesai. Sebab, stok obat di lapangan kini terbatas. Akibatnya, pengadaan obat- obatan ini akan dilakukan secara bertahap, menunggu ketersediaan. “Ini sudah mending, di awal itu sulitnya bukan main untuk dapat obat. Bahkan, kami harus minta bantuan obat para paraktisi kesehatan hewan untuk membantu menangani masalah ini,” tandasnya. (hai/c1/wen)