TRENGGALEK – Masyarakat harus mulai berhemat air, meskipun saat ini masih dalam peralihan musim. Kendati saat ini hujan masih turun, tidak menutup kemungkinan beberapa hari ke depan akan panas sehingga membuat sumber air mengering.
Apalagi, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, biasanya permintaan bantuan air terjadi di akhir Mei atau awal Juni. Itu dengan catatan jika hujan tidak turun beberapa minggu. Jika setelah ada permintaan tersebut hujan belum juga turun, maka permintaan akan terus ada hingga memasuki musim hujan tahun depan. “Untuk sementara ini belum ada permintaan air bersih yang masuk, mungkin ini terjadi karena hujan masih turun,” ungkap Kabid Logistik, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek Ahmad Budiharto.
Dia melanjutkan, kendati demikian, dalam hal ini BPBD terus waspada akan kemungkinan yang terjadi. Ini dilakukan lantaran datangnya bencana tidak bisa diprediksi. Karena itu, kesiagaan tersebut dilakukan selain untuk mengantisipasi jika ada permintaan air bersih masuk, juga mengenai terjadinya bencana yang lain. “Jadi saat ini kami tetap siaga 24 jam untuk mengantisipasi hal itu,” katanya.
Sedangkan untuk mengantisipasi kekeringan, saat ini berbagai sarana dan prasarana untuk menyuplai air bersih tengah disiapkan sejak dini. Itu seperti ada empat mobil tangki air bersih serta diesel air yang sudah kami siapkan untuk menyuplai air bersih ke warga. Ditambahkan juga ada anggaran dari APBD Trenggalek untuk proses pengadaan. Jika anggaran yang ada tidak mencukupi karena kemarau panjang, ke depan BPBD akan mengajukan anggaran dari belanja tidak terduga (BTT) baik provinsi maupun kabupaten.
Itu dilakukan lantaran kebutuhan air bersih saat terjadi kekeringan di Trenggalek tidak bisa diperkirakan. Sebab, kebutuhan itu tergolong naik turun, tergantung pada lama-cepatnya musim kemarau dan kebutuhan masyarakat. Selain itu juga tergantung pada jumlah desa yang mengalami kekeringan. Sebab dalam suatu waktu, kekeringan bisa menyerang sekitar 60 desa dalam satu musim, namun pada musim lain, jumlah desa kekeringan di bawah 10 desa. “Desa di 14 kecamatan di sini memiliki potensi kekeringan yang hampir sama, makanya tingkat kewaspadaan selalu kami lakukan,” ungkap pria yang saat ini juga dipercaya sebagai pelaksana tugas (Plt) Kalak BPBD ini.
Sementara itu, Sekretaris BPBD Trenggalek Tri Puspitasari menambahkan, berdasarkan prakiraan cuaca yang ada di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau tahun ini diprediksi terjadi pada bulan Agustus. Dengan demikian, masyarakat diminta untuk mengantisipasi adanya kekeringan yang mematikan beberapa sumber air kendati hal tersebut telah dilakukan jauh-jauh hari. Antisipasi tersebut seperti penanaman pohon secara massal di dekat lokasi sumber air di lokasi yang rawan kekeringan. “Ditambahkan, kami juga menyosialisasikan kepada masyarakat di wilayah yang rawan kekeringan terkait penggunaan sumber air yang hemat sesuai kebutuhan untuk mengantisipasi kekeringan,” imbuhnya.(jaz/c1/rka)