KOTA BLITAR – Di tengah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) semestinya peternak lebih cerdas mengelola ternaknya. Namun, belakangan ini warga Bumi Penataran dibuat heboh dengan temuan bangkai sapi. Kondisinya membusuk di aliran Sungai Jari, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari.
Awalnya, bangkai anakan sapi perah alias pedet itu kali pertama diketahui Muhammad Asrul Al Anas, warga Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari, pada Jumat (8/7). Saat itu dia sedang mencari rumput di sekitar lokasi. Sekitar pukul 13.00 WIB, dia melihat sapi yang hanyut terbawa arus air.
“Iya, benar. Itu sapi masih pedet. Namun, kondisinya sudah mati dan menggembung hanyut terbawa air,” ujarnya kemarin (9/7).
Melihat bangkai itu, Asrul mengaku tak berani mengamati dari jarak dekat. Sebab, dia khawatir jika sapi tersebut mati lantaran terjangkit PMK. Selanjutnya, dia bergegas pulang memberi pakan ternaknya. Nah, sekira pukul 16.00 WIB, Asrul kembali ke sungai untuk memastikan itu benar-benar bangkai sapi.
Tiba di sungai, dia dibuat geleng kepala. Sebab, sapi perah itu sudah dipenuhi lalat. Kondisinya membusuk dan dipenuhi belatung di beberapa bagian. Yakni di perut, leher, hingga paha sapi. Dia pun memastikan, itu jenis sapi perah. Dia menduga sapi itu dibuang oleh oknum tak bertanggung jawab.
“Nggak ada yang berani mendekat. Saya pun tidak berani. Karena saya punya ternak. Kalau memang bangkai mati karena PMK, kabarnya kan cepat menular, termasuk dari orang ke ternak,” katanya.
Jika melihat dari bentuknya, lanjut Asrul, diperkirakan sapi sudah mati empat hari lalu. Meski belum sepenuhnya membusuk dan mengeluarkan aroma menyengat, adanya belatung menjadi indikasi bahwa sapi sudah mati lebih dari sehari.
Kepala Desa Gadungan, Didit Setiabudi membenarkan adanya bangkai itu. Dia tak menampik ada peternak di wilayahnya yang memelihara sapi perah. Namun, dia memastikan asal bangkai itu bukan dari peternak sapi perah Desa Gadungan. Itu setelah dia memeriksa secara langsung ke peternak.
“Makanya ketika ada kematian itu, saya cek warga saya dulu. Tapi memang bukan dari Desa Gadungan. Kalau wilayah lain, kami tidak tahu,” ungkapnya.
Didit melanjutkan, penanganan sapi perah di desanya sudah maksimal untuk mengantisipasi PMK. Deteksi pada sapi perah lebih mudah dan terkendali. Terlebih, sudah menerima dosis pertama vaksin dan mendapat perawatan ekstra.
Kepala Desa Gandusari, Binti Anis Susanti mengaku kaget dengan temuan bangkai itu. Dia juga khawatir apabila sapi itu mati lantaran wabah penyakit yang menyerang hewan kuku belah. Sebab, air sungai juga mengaliri sebagian wilayah Desa Gandusari. Dia juga memastikan, bangkai itu bukan dari peternak di desanya.
“Kemungkinan, itu buangan warga jauh. Bukan warga lokasi sini. Kami ikut cek di Desa Gadungan tidak ada ternak mati,” jelasnya.
Hingga kini, belum diketahui apakah sapi itu hanyut atau ada oknum yang sengaja membuangnya ke sungai. Bangkai sapi itu akhirnya dievakuasi oleh petugas gabungan Polsek Gandusari, perangkat desa setempat, dan warga sekitar lokasi. Selanjutnya, dikubur jauh dari pemukiman warga.
Untuk diketahui, ini bukan kali pertama warga menemukan bangkai hewan ternak. Sebelumnya, terhitung itu sudah kali ketiga. Pertama kambing. Sepekan kemudian, giliran bangkai sapi. Dan terkini, bangkai anakan sapi perah. Hingga berita ini diketik, sekitar pukul 19.45 WIB, belum ada respons dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Blitar. Jawa Pos Radar Blitar sudah berupaya mengonfirmasi melalui sambungan seluler, tapi belum ada jawaban. Dinas terkait bakal menindaklanjuti terkait kejadian tersebut. (mg2/c1/wen)