KOTA BLITAR – Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi salah satu penyumbang faktor kematian yang cukup tinggi di Indonesia. Ini sering disebut “The Silent Killer” alias pembunuh diam-diam. Sebab, sering muncul tanpa keluhan sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi. Hingga tiba-tiba dirinya didapati penyakit komplikasi.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013 dan studi di puskesmas, diketahui bahwa hanya sepertiga penderita hipertensi atau 36,8 persen dari jumlah penduduk yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. ”Kemudian, 0,7 persen yang hanya minum obat,” kata perawat RSUD Mardi Waluyo, Shulthonah, kepada koran ini, kemarin (7/7).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, hipertensi esensial, yakni hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Tercatat sebanyak 90 persen. Kedua, hipertensi sekunder, penyebabnya dapat ditentukan dengan persentasi 10 persen. Penyebab itu antara lain, pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, penyakit kelenjar adrenal. ”Untuk menegakkan diagnosis hipertensi dilakukan pengukuran tekanan darah minimal dua kali dengan jarak 1 minggu,” terang perempuan berjilbab ini.
Ada sejumlah faktor penyebab hipertensi. Selain dari faktor keturunan, ada juga faktor gaya hidup. Meliputi berat badan berlebih, stres, kebiasaan merokok, minum minuman keras, konsumsi garam berlebih, hingga kurangnya aktivitas fisik atau olahraga.
Adapun gejala yang umum dirasakan oleh penderita hipertensi, di antaranya, nyeri kepala atau pusing, penglihatan berkunang-kunang, nyeri dada, mimisan, sukar tidur, tekanan darah di atas normal, hingga rasa berat di tengkuk. ”Jika sudah terdiagnosa hipertensi bisa mengakibatkan gangguan otak hingga syaraf. Selain itu juga pembuluh darah, gagal ginjal, hingga stroke,” beber anggota tim promosi kesehatan rumah sakit (PKRS) Mardi Waluyo ini.
Jika sudah mengalami hipertensi tentu harus segera dilakukan pengobatan secara rutin oleh dokter atau tenaga medis berpengalaman. Seorang penderita direkomendasikan untuk mengukur tekanan darahnya secara berkala. ”Kami sudah ada pelayanan khusus untuk menangani masalah hipertensi. Ada poli-poli yang menangani,” tandas perempuan ramah ini. (sub/c1/wen)
Rutin Olahraga hingga Kontrol StresMencegah memang lebih baik dari mengobati. Terlebih untuk mencegah hipertensi yang selama ini momok mengerikan ketika di kala usia senja. Tim PKRS Mardi Waluyo membeberkan sejumlah upaya pencegahan hipertensi yang bisa dilakukan sejak dini. Mulai dari cek kesehatan secara teratur.
Kebanyakan orang enggan untuk mengecek kesehatannya apalagi ketika sudah di usia 40 tahun ke atas. ”Lalu, tinggalkan kebiasaan merokok. Berhenti merokok dianjurkan bagi penderita hipertensi. Asap rokok diketahui juga dapat menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung,” terang Shulthonah.
Masyarakat atau penderita hipertensi harus rajin berolahraga. Aktivitas fisik rutin dijalankan demi menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, menjaga pola makan dengan nutrisi seimbang. Konsumsi sayur dan buah-buahan secara rutin.
Kemudian, istirahat yang cukup. Hindari begadang jika tidak ada kepentingan. Terpenting, kontrol stres. “Kita harus bisa mengendalikan stres. Olahraga adalah salah satu untuk menghilangkan stres. Bisa juga dengan rekreasi atau liburan ke tempat wisata,” tandasnya. (sub/c1/wen)