KABUPATEN BLITAR – Banyaknya kejadian laka lantas di Bumi Penataran membuat pihak terkait mengambil sikap. Salah satunya, pemetaan jalur black spot alias rawan kecelakaan. Ada sekitar tiga jalur yang ditetapkan rawan laka. Salah satu pertimbangannya, laka lantas di kawasan itu kerap menyebabkan hilangnya nyawa.
Kepala Bidang Manajemen Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Blitar, Anjar Eko Yuli Atmanto mengatakan, total terdapat tiga jalur maut berpotensi menimbulkan kecelakaan dengan fatalitas tinggi. Penetapan jalur itu berdasarkan koordinasi dengan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Blitar.
“Ini sudah kami petakan berdasarkan catatan kejadian laka. Kalau ada yang meninggal dunia, tentu sudah jadi pertimbangan, termasuk ke dalam jalur rawan laka,” ujarnya kemarin (14/7).
Tiga jalur black spot itu, di antaranya di gudang beras Bulog, Kelurahan Bence, Kecamatan Garum hingga SPBE Bence. Kemudian, gudang beras Bulog Desa Pojok, ke utara hingga tikungan arah Kelurahan Sumberdiren, Kecamatan Garum. Lokasi terakhir, yakni Jalan Kusuma Bangsa, Kecamatan Kanigoro, barat Kantor Kabupaten Blitar.
Anjar melanjutkan, tiga titik itu rawan terjadi kecelakaan melibatkan kendaraan roda dua. Dari hasil pengamatan, laka kerap dipicu lantaran pengendara ugal-ugalan, mendahului kendaraan di depannya, hingga human error. Padahal, petugas sudah gencar sosialisasi soal keselamatan berkendara. Sayangnya, hal itu masih kurang dipahami.
“Kalau Selorejo, memang sering laka. Tapi, belum kami masukkan (black spot, Red). Karena kebanyakan pelanggaran dari armada. Hampir semua laka karena melebihi muatan dan oleng,” jelasnya.
Nah, insiden kecelakaan yang terjadi Rabu (13/7) malam lalu harus menjadi pelajaran setiap pengendara. Pasalnya, dua pengendara sepeda motor mengalami adu banteng di jalur black spot. Yakni, sisi timur tikungan Desa Pojok, Kecamatan Garum. Sontak, peristiwa itu membuat warga geger lantaran suara yang ditimbulkan cukup kencang.
Kepala Unit Kecelakaan (Kanitlaka) Polres Blitar Ipda Heri Irianto mengatakan, laka terjadi sekitar pukul 21.30 WIB. Yakni antara pengemudi Honda Scoopy nopol AG 6279 KBY, Mohammad Miftakhul Ulum, 20, warga Desa Jiwut, Kecamatan Nglegok dan Saputra Riski Fadloli, 27, pengendara Suzuki Satria nopol AG 6550 OAY, warga Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Garum.
Kejadian bermula ketika Miftakhul Ulum melaju dari arah timur ke barat di jalan umum Desa Pojok, Kecamatan Garum. Saat itu mendahului motor di depannya. Nahas, ketika menyalip, dia terlibat adu banteng dengan Riski Fadloli yang saat itu membonceng seorang anak berinisial MNS, 8.
“Karen pengendara Scoopy diduga kencang, suara pun juga keras. Langsung, tiga korban terkapar di jalan,” terangnya.
Dua korban dewasa itu mengalami luka cukup parah di bahu dan terdapat sejumlah luka di area wajah. Mereka tergeletak di jalan dengan kodisi pingsan. Sementara kerusakan motor Scoopy sangat fatal. Boks motor dan lampu utama hancur.
Kondisi MNS tak kalah memprihatinkan. Perut bocah malang itu terjepit di antara setang motor. Ini membuatnya tak berhenti menangis. Dia juga mengalami sejumlah luka di siku, kaki, dan beberapa di area kepala. Menurut keterangan saksi di tempat kejadian perkara (TKP), ketiga korban langsung di rujuk ke rumah sakit terdekat.
“Yang luka berat, itu pengendara Suzuki Satria. Luka di salah satu lengannya lumayan parah,” tuturnya.
Kejadian itu tidak menelan korban jiwa. Sementara kerugian ditaksir mencapai Rp 1 juta. Heri mengimbau agar pengendara terus menjaga kesadaran dan tidak ngebut saat di jalan. Baik di jalur black spot maupun jalur lainnya. Sebab, potensi kecelakaan bisa terjadi di mana saja. (mg2/c1/wen)