KABUPATEN BLITAR – Hujan deras dan angin kencang yang terjadi di Kelurahan Jingglong, Kecamatan Sutojayan, pada Rabu (16/11), membuat rumah warga porak-poranda. Sesuai asesmen BPBD, hingga kemarin (17/11) tercatat 16 rumah rusak ringan, 1 rumah roboh, dan 2 kandang ternak rusak.
Menyikapi kondisi tersebut, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Blitar Ivong Berttyanto mengaku bahwa pihaknya dan warga setempat sudah memperbaiki pascamusibah tersebut. Utamanya belasan rumah yang rusak ringan pada bagian atap. Sementara pada salah satu rumah yang ambruk, petugas menyisihkan sisa-sisa material bangunan. Hasil asesmen, rumah tak berpenghuni itu kondisinya tidak layak ditempati lantaran struktur bangunan lapuk.
“Kejadian di Jingglong itu dampak hidrometeorologi. Salah satunya, curah hujan ekstrem dan angin kencang yang membuat kerusakan dan kerugian materiil. Tidak ada korban jiwa,” ujarnya.
Untuk diketahui, angin kencang yang melanda sebagian rumah warga Kelurahan Jingglong itu kali pertama terjadi. Pascahujan, kawasan tersebut juga banjir, tetapi tidak terlalu terdampak. Warga diminta terus waspada. Utamanya saat cuaca ekstrem. Pasalnya, rentetan bencana hidrometeorologi berpotensi terjadi.
Mengacu informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lanjut Ivong, sepekan ke depan wilayah Bumi Penataran berisiko terdampak bencana. Seperti banjir, angin kencang, hingga tanah longsor. Tak hanya di Kecamatan Sutojayan, bencana tersebut bisa saja terjadi di 21 kecamatan lain. Tergantung situasi dan kondisi cuaca.
“Sepekan nanti bisa saja terjadi cuaca ekstrem. Lalu, puncak curah hujan diprediksi akhir Desember hingga awal Januari. Masyarakat harus tahu dan antisipasi,” jelasnya.
Kondisi di lapangan sehari pascaangin kencang, beberapa atap rumah dan kandang ternak yang rusak sudah diperbaiki secara swadaya. Petugas juga menyisikan bambu yang tumbang dan menutup aliran sungai dan akses lalu lintas warga. Sebab, batang-batang pohon itu bisa memantik banjir.
Srianah, salah seorang warga terdampak mengatakan, rumah roboh itu milik bibinya yang jadi buruh migran di luar negeri. Rumah tersebut sudah tidak ditempati sejak tiga tahun terakhir. Meski mendapat kepercayaan menjaga rumah, tetapi dia tak menampik bahwa hampir semua bangunan itu tidak layak. “Di dalam tinggal sebagian perabotan, lemari, dan rak saja. Dokumen penting sudah diamankan,” terangnya.
Saat rumah roboh, dia mengaku sedang mengikuti yasinan bersama warga lainnya. Namun, menurut penuturan para tetangga, angin sempat membentuk pusaran kecil. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah berdinding bambu itu. Tak lama, sambung dia, warga melihat bangunan tersebut roboh. “Paling parah ya di (rumah) ini puting beliungnya. Berputar begitu anginnya,” tandasnya.
Sebelumnya, tercatat belasan rumah dan kandang ternak di Kelurahan Jingglong, Kecamatan Kademangan, rusak diterjang angin kencang pada Rabu (16/11) lalu. Tak ada korban jiwa dalam fenomena itu. Kerugian materiil ditaksir mencapai Rp 35 juta. (luk/c1/wen)