Perang antara Iran dan Israel yang berlangsung selama 12 hari pada Juni 2025 telah menjadi perhatian dunia internasional. Keputusan Iran untuk mengumumkan berakhirnya konflik bersenjata dengan Israel bukan hanya menandai babak baru dalam relasi kedua negara, tetapi juga memberi sinyal akan perubahan besar di kawasan Timur Tengah. Artikel ini mengupas secara mendalam kronologi perang, motif geopolitik, reaksi dunia, dampak ekonomi dan sosial, serta kemungkinan masa depan setelah deklarasi Iran.
Latar Belakang Konflik Iran-Israel
Permusuhan Sejak Revolusi Iran
Permusuhan Iran-Israel berakar pada perubahan besar pasca Revolusi Iran 1979. Sejak saat itu, Iran menentang keras eksistensi Israel, mendukung kelompok perlawanan seperti Hizbullah dan Hamas, serta menjadi rival utama Israel dalam isu-isu Timur Tengah. Israel memandang program nuklir dan ekspansi pengaruh Iran di Suriah dan Lebanon sebagai ancaman eksistensial.
Krisis Berulang dan Perang Dingin Regional
Konflik tidak hanya berupa kontak senjata, tapi juga perang siber, spionase, dan serangan drone lintas perbatasan. Sepanjang 2024 hingga awal 2025, terdapat puluhan insiden sabotase, serangan siber, dan operasi rahasia yang mempertegang hubungan. Retorika kedua belah pihak semakin keras, dan militerisasi di sepanjang perbatasan meningkat drastis.
Pemicu Krisis 2025
Situasi memanas setelah rangkaian serangan siber ke fasilitas nuklir Iran diduga dilakukan Israel. Iran membalas dengan memperkuat milisi di Suriah dan Lebanon. Pada awal Juni 2025, intelijen Barat memantau konsentrasi militer kedua negara, dan dunia menanti apakah ketegangan ini berujung perang terbuka.
Kronologi Perang 12 Hari Iran-Israel
Hari-hari Awal Konflik
Perang dimulai pada 12 Juni 2025, ketika Israel meluncurkan serangan udara ke konvoi militer Iran di Suriah yang dituduh membawa rudal jarak jauh. Iran membalas dengan serangan rudal balistik dan drone ke wilayah utara Israel, menargetkan infrastruktur strategis di kota-kota seperti Haifa, Tel Aviv, dan Beer Sheva.
Eskalasi di Laut dan Udara
Selama beberapa hari pertama, pertempuran membara di perbatasan. Iran mengerahkan rudal anti-kapal di Teluk Persia, berusaha menutup Selat Hormuz. Israel merespons dengan menggempur depot senjata di Suriah dan Lebanon. Jet tempur kedua negara terlibat dogfight di wilayah udara Lebanon dan di atas Laut Mediterania.
Keterlibatan Kelompok Regional
Hizbullah di Lebanon dan milisi pro-Iran di Irak dan Suriah turut menyerang Israel dengan roket dan artileri. Israel membalas dengan serangan darat terbatas dan operasi khusus di perbatasan utara. Sementara itu, warga sipil di kedua negara mulai mengungsi ke wilayah yang lebih aman.
Dampak Serangan pada Populasi Sipil
Dalam waktu singkat, lebih dari 2.500 korban jiwa dan puluhan ribu luka-luka dilaporkan di kedua belah pihak. Banyak rumah sakit di Israel dan Iran kewalahan menerima korban. Infrastruktur listrik, air bersih, dan komunikasi rusak di sejumlah kota. Serangan ke fasilitas energi juga menyebabkan pemadaman listrik meluas di wilayah utara Israel dan beberapa kota besar di Iran.
Peran Dunia Internasional dalam Krisis
Upaya Mediasi dan Tekanan Global
Sejak hari ketiga, Dewan Keamanan PBB menggelar rapat darurat. Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, dan Tiongkok meminta kedua pihak menahan diri. Amerika Serikat meningkatkan kesiagaan militernya di Teluk Persia, namun tidak terlibat langsung dalam pertempuran. Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab menawarkan diri sebagai mediator damai, dengan didukung negara-negara Eropa.
Sikap Amerika Serikat dan Sekutu Barat
Amerika Serikat secara politis mendukung Israel, namun mendesak kedua negara untuk tidak memperluas konflik. Inggris, Prancis, dan Jerman mengirimkan nota diplomatik dan mengancam sanksi ekonomi terhadap pihak yang melanggar hukum perang. Bantuan kemanusiaan mulai dikirim ke wilayah terdampak di kedua negara.
Posisi Rusia dan Tiongkok
Rusia, yang punya kepentingan di Suriah dan hubungan ekonomi dengan Iran, meminta semua pihak kembali ke meja perundingan. Tiongkok menyerukan deeskalasi dengan menyoroti stabilitas energi global karena jalur minyak Selat Hormuz sangat vital bagi perekonomian Asia.
Titik Balik dan Gencatan Senjata
Negosiasi Diam-diam
Pada hari ke-8, muncul laporan bahwa Oman dan Qatar memediasi komunikasi rahasia antara militer Iran dan Israel. Iran meminta penghentian serangan ke fasilitas strategis, sedangkan Israel menuntut jaminan tidak ada transfer senjata ke Hizbullah. Negosiasi berjalan alot karena masing-masing pihak masih ingin mempertahankan posisi tawar.
Pengumuman Iran dan Reaksi Israel
Pada 24 Juni 2025, Iran secara resmi mengumumkan bahwa operasi militer terhadap Israel dihentikan. Dalam pidato nasional, Presiden Iran menegaskan “tujuan strategis telah tercapai” dan siap membuka jalur diplomasi. Israel merespons dengan menurunkan tingkat siaga, meskipun tetap memperkuat pertahanan di perbatasan utara dan melakukan patroli udara secara intensif.
Deklarasi Gencatan Senjata di PBB
PBB merilis pernyataan bersama bersama para mediator internasional, menyambut baik gencatan senjata. Bantuan kemanusiaan diperluas, dan tim pengamat internasional mulai memasuki wilayah konflik untuk menilai dampak dan memastikan gencatan senjata dipatuhi.
Dampak Perang 12 Hari: Ekonomi, Sosial, dan Politik
Kerugian Material dan Korban Jiwa
Diperkirakan lebih dari 4.000 korban jiwa dan lebih dari 20.000 orang terluka di kedua negara. Rumah sakit penuh sesak, sementara ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal akibat kerusakan parah pada pemukiman dan infrastruktur sipil. Kehancuran pabrik, pelabuhan, dan bandara di wilayah Israel utara dan Iran barat semakin memperburuk kondisi ekonomi lokal.
Gejolak Energi dan Dampak Global
Harga minyak dunia melonjak hingga 30% dalam satu pekan, memicu inflasi global. Ketidakpastian di Selat Hormuz menyebabkan ekspor minyak Iran dan Arab Saudi terganggu. Pasar saham regional, termasuk di Tel Aviv dan Teheran, anjlok. Negara-negara importir minyak utama seperti India, Jepang, dan Korea Selatan mendesak penyelesaian damai demi menjaga stabilitas pasokan energi.
Politik Dalam Negeri Iran dan Israel
Pemerintah Iran mengklaim kemenangan simbolik, memperkuat legitimasi di hadapan publik dan kelompok konservatif. Namun, oposisi menuntut evaluasi atas kerugian besar yang diderita. Di Israel, demonstrasi masyarakat dan tekanan terhadap pemerintah meningkat tajam, memicu perdebatan soal kesiapan militer dan sistem pertahanan rudal.
Krisis Kemanusiaan dan Pengungsi
PBB mencatat lebih dari 200.000 warga sipil mengungsi dari daerah konflik di kedua negara. Bantuan kemanusiaan mendesak diperlukan, terutama bagi anak-anak dan lansia yang terkena dampak langsung serangan. Lembaga internasional mendirikan kamp pengungsi sementara di perbatasan Lebanon dan Suriah.
Reaksi Regional dan Internasional
Sikap Negara-Negara Arab
Negara-negara Teluk menyerukan dialog damai dan meminta kedua belah pihak menahan diri dari aksi provokasi lanjutan. Arab Saudi dan UEA mendorong resolusi damai dan siap memfasilitasi rekonsiliasi jika dibutuhkan. Sementara itu, Yordania dan Mesir memperketat keamanan perbatasan untuk mencegah meluasnya konflik ke wilayah mereka.
Pernyataan Negara Barat dan Asia
Amerika Serikat mengirim utusan khusus ke Timur Tengah untuk memantau gencatan senjata. Negara-negara Eropa menawarkan bantuan medis dan logistik ke wilayah terdampak. China dan India meminta stabilitas jalur energi, sementara Rusia mengingatkan bahaya intervensi asing yang dapat memperpanjang konflik.
Respons Palestina dan Kelompok Perlawanan
Kelompok perlawanan di Gaza dan Lebanon, seperti Hamas dan Hizbullah, menyambut deklarasi Iran dengan merayakan di jalanan. Mereka mengklaim keberhasilan sebagai kemenangan bersama dunia Islam atas Israel. Namun, kelompok moderat di Palestina justru menyerukan gencatan senjata jangka panjang dan solusi dua negara.
Analisis Penyebab Perang Hanya Berlangsung 12 Hari
Tekanan Internasional dan Ekonomi
Salah satu alasan utama cepatnya perang berakhir adalah tekanan global yang sangat kuat. Negara-negara besar dan pasar energi dunia tidak siap menghadapi konflik berkepanjangan yang dapat memicu krisis ekonomi global. Iran dan Israel sadar bahwa perang lebih lama akan merugikan ekonomi nasional yang sudah rapuh.
Efek Jera dan Pencapaian Simbolik
Kedua negara ingin mengirim pesan kekuatan kepada lawan dan sekutu regional, namun juga memahami keterbatasan sumber daya dan risiko politik domestik jika konflik berlarut. Iran mengklaim berhasil menembus pertahanan Israel, sementara Israel menyoroti efektivitas sistem pertahanannya.
Faktor Militer dan Teknologi
Kemajuan sistem pertahanan udara, kecerdasan buatan, dan operasi drone mempercepat eskalasi sekaligus menekan kerugian. Sistem Iron Dome dan David’s Sling Israel berhasil mencegat sebagian besar serangan, sementara Iran menunjukkan kemampuan rudal hipersonik yang mengejutkan dunia.
Masa Depan Timur Tengah Pasca Perang
Ancaman Konflik Baru dan Ketegangan Berkelanjutan
Walaupun perang resmi berakhir, para analis menilai risiko konflik baru tetap tinggi. Isu milisi bersenjata, pengembangan senjata nuklir, dan perebutan pengaruh di Suriah serta Lebanon masih menjadi sumber ketidakstabilan regional.
Diplomasi dan Harapan Perdamaian
Negosiasi lanjutan sangat diperlukan agar gencatan senjata tidak sekadar jeda sementara. PBB mendorong terbentuknya mekanisme dialog permanen antara Iran, Israel, dan negara-negara Arab untuk membangun kepercayaan jangka panjang.
Peran Indonesia dan Negara Non-Blok
Sebagai negara dengan kepedulian tinggi pada isu Palestina, Indonesia bersama negara-negara Non-Blok aktif menyuarakan solusi damai dan mendesak penghormatan HAM di kawasan Timur Tengah. Delegasi Indonesia di PBB menawarkan inisiatif dialog lintas agama dan perdamaian berbasis keadilan.
Babak Baru Timur Tengah di Tengah Ketidakpastian
Deklarasi Iran soal berakhirnya perang 12 hari lawan Israel menandai perubahan penting di Timur Tengah. Konflik ini memperlihatkan betapa rapuhnya stabilitas regional, sekaligus memperkuat urgensi diplomasi dan solusi damai berbasis dialog internasional. Dunia berharap, tragedi ini menjadi pelajaran agar generasi berikutnya terbebas dari siklus kekerasan yang tak berkesudahan.
Radar Tulungagung adalah situs portal berita lokal yang menyediakan informasi terkini, aktual, dan terpercaya seputar Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya.
Sebagai sumber berita yang profesional, Radar Tulungagung menyajikan berbagai topik menarik mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga gaya hidup dan olahraga.