Sebelum menyelami kasus yang menjerat nama Baoxia Liu, penting untuk memahami sejumlah istilah kunci: dual-use goods (barang yang bisa digunakan untuk kepentingan sipil dan militer), mekanisme sanksi ekonomi AS, serta peran Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) dan Kementerian Pertahanan Iran (MODAFL). Kasus ini memotret konvergensi antara jaringan perusahaan bayangan di China dan Hong Kong, pemalsuan dokumen ekspor, hingga perolehan teknologi canggih – seperti komponen elektronik – untuk program senjata Iran.
Siapakah Baoxia Liu?
Baoxia Liu, juga dikenal sebagai Emily Liu, lahir sekitar 10 September 1981 di Weifang, Shandong, China. Memiliki keahlian bahasa Mandarin, Kanton, bahkan Farsi, ia berprofesi sebagai agen pengadaan dan broker senjata, serta mendirikan banyak perusahaan dagang berbasis di Tiongkok. Statusnya kini adalah buronan; FBI bahkan menawarkan hadiah hingga USD 15 juta bagi siapa saja yang memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan dirinya.
Tuduhan Terhadap Liu
Pada 30 Januari 2024, pengadilan federal di Distrik Columbia, Washington, mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Liu atas sejumlah dakwaan termasuk konspirasi, ekspor barang asal AS ke Iran tanpa izin, penyelundupan, manipulasi data ekspor, serta memfasilitasi pelanggaran regulasi sanksi Iran. Ia diduga memanfaatkan jaringan perusahaan cangkang di PRC dan Hong Kong untuk mengekspor ribuan komponen elektronik, termasuk bagian drone dan sistem rudal, ke perusahaan-perusahaan yang terkait dengan IRGC dan MODAFL.
Mekanisme Operasional Jaringan
Menurut DOJ dan Rewards for Justice, skema berlangsung sejak Mei 2007 hingga Juli 2020. Liu dan rekan-rekannya mendirikan atau menggunakan perusahaan-perusahaan seperti Abascience, Sunway Tech, dan Raybeam Optronics untuk memesan dari pemasok AS. Mereka melabeli tujuan kiriman sebagai China, namun sesungguhnya barang-barang itu diarahkan ke Iran—tepatnya ke Shiraz Electronics Industries dan Rayan Roshd Afzar—yang kedua-duanya terafiliasi IRGC/MODAFL.
Latar Belakang Konflik Iran–Israel & Kebutuhan Teknologi
Konflik Iran–Israel terus memanas, diwarnai serangan udara Israel terhadap sasaran Iran dan proxy-nya, serta retaliasi oleh kelompok seperti Hezbollah dan Hamas. Sistem drone dan rudal Iran, yang kini semakin canggih, menjadi alat penting dalam konflik ini — baik dalam bentuk serangan langsung dari Iran atau melalui jaringan proxy-nya di Suriah, Lebanon, dan Gaza.
Peran Terkait Baoxia Liu
1. Penyedia Komponen Teknologi Keamanan Tingkat Lanjut
Baoxia Liu dilaporkan sejak tahun 2007 hingga 2020 mengekspor ribuan komponen elektronik berteknologi tinggi asal AS—yang termasuk dalam kategori “dual-use” karena bisa dipakai dalam sistem sipil maupun militer—ke perusahaan-perusahaan yang terkait erat dengan IRGC dan MODAFL di Iran. Komponen-komponen tersebut meliputi microprocessor, sensor, regulator tegangan, dan suku cadang drone yang kritikal untuk sistem pengendalian navigasi, komunikasi, dan payload UAV.
2. Peran dalam Pasokan Drone Shahed dan Rudal
Kelompok seperti IRGC dan MODAFL menggunakan teknologi Amerika ini untuk memproduksi UAV Shahed—drone-siagang yang digunakan secara luas dalam konflik, termasuk dalam serangan terhadap infrastruktur Israel dan dukungan ke Hezbollah di Lebanon. Drone Shahed memang telah digunakan dalam beberapa kali skenario melawan Israel, baik secara langsung atau tidak langsung melalui proxy.
3. Sistem Logistik Melalui Perusahaan Cangkang
Liu menggunakan beberapa perusahaan cangkang di China dan Hong Kong (contoh: Abascience, Sunway Tech, Raybeam Optronics) untuk menyamarkan tujuan akhir pengirimannya—seolah menuju China, padahal sebenarnya ke Shiraz Electronics Industries atau Rayan Roshd Afzar di Iran. Metode ini memungkinkan pasokan komponen militer tetap mengalir meski ada sanksi internasional.
Dampak terhadap Dinamika Konflik
• Peningkatan Kapasitas IRGC dan Aliansi Iran
Dengan adanya akses teknologi AS melalui Liu, IRGC mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi UAV dan pemrograman rudal. Ini memperkuat kemampuan serangannya — baik langsung terhadap Israel maupun melalui proxy di wilayah konflik.
• Kerentanan Sasaran Non‑State Actors
Karena pasokan juga dialihkan ke Iran‑allied groups seperti Hamas, Hezbollah, maupun Houthis di Yaman, konflik Israel–Iran bukan lagi soal dua negara, melainkan peperangan asimetris di banyak front yang melibatkan banyak aktor proxy yang bergantung pada teknologi drone Iran.
• Teknologi Canggih Tanpa Jalur Resmi
Metode cangkang perusahaan melewati pertahanan regulasi, menunjukkan bahwa embargo dan sanksi yang ada masih banyak celah, dan pihak seperti Iran mampu memanfaatkan struktur perdagangan kompleks agar teknologi maju AS tetap memasuki sistem persenjataan mereka .
Reaksi dan Strategi Penegakan AS
Pemerintah AS, lewat FBI, DOJ, dan State Dept, menetapkan Liu sebagai buronan dan memasangnya dalam daftar “Most Wanted”, dengan imbalan hingga USD 15 juta. Ini bukan sekadar soal menghentikan individu; melainkan sinyal kuat terhadap upaya penghentian rantai suplai teknologi ke Iran:
Litmas global terhadap jaringan front companies.
Penekanan pada intelijen dan patroli siber untuk memonitor ekspor senyap.
Peningkatan kerja sama antara badan penegakan hukum, termasuk DCPP (Disruptive Technology Strike Force).
Namun sejauh ini, Liu masih berkeliaran di wilayah non-ekstradisi seperti China atau Iran—membuktikan tantangan besar yang dihadapi dalam penegakan hukum antar negara.
Implikasi Bagi Indonesia
Baoxia Liu adalah contoh konkret bagaimana koridor legal-ekonomi global bisa digunakan untuk memperkuat kekuatan militer negara atau aktor non-negara yang bertikai, seperti di Iran–Israel. Bagi Indonesia, ini menjadi sinyal penting:
Kembangkan kebijakan ekspor berbasis teknologi tinggi, termasuk dual-use, dengan mempertegas regulasi dan sanksi tegas jika terbukti disalahgunakan.
Menjadi penghubung sebagai negara transit atau tujuan ekspor teknologi, perlu ada kontrol lebih ketat atas komoditas bernilai strategis.
Perluas kapasitas intelijen perdagangan dan ekspor-impor — jangan cukup hanya mengandalkan blacklist, tapi juga audit komprehensif terhadap pelanggan dan tujuan akhir barang.
Daftar Perusahaan Cangkang
Abascience Tech Co. Ltd. (juga disebut ABASCIENCE atau Abasic Tech Co., Ltd.) Digambarkan sebagai professional supplier of electronic components. Ini adalah salah satu entitas inti yang digunakan Liu sejak awal operasi.
Sunway Tech Co. Ltd. (alias SUNWAY) Dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di perangkat elektronik, telekomunikasi, dan produk terkait.
Sunray Global Technology Company Limited (alias SUNRAY, Sunray Ltd.) Terdaftar sebagai perusahaan teknologi global yang berbasis di Tiongkok dan Hong Kong, juga digunakan untuk menyamarkan pengiriman barang.
Raybeam Optronics Co. Ltd. (alias RAYBEAM) Mengklaim mengkhususkan diri pada produk penginderaan infra‑merah dan thermal imaging.
Rayponents Technology Co. Ltd. (alias RAYPONENTS) Juga digunakan sebagai identitas penerima akhir dengan peran yang tumpang tindih dari perusahaan Iran, menunjukkan hubungan langsung ke Rayan Roshd Afzar.
Raytronic Corporation Limited Disinggung oleh OFAC sebagai entitas lain yang dikontrol oleh Liu untuk aktivitas proliferasi.
Eponents Technology Co. Ltd. Disebut sebagai bagian dari jaringan perusahaan cangkang dalam jaringan pengadaan, meskipun minim jejak publik.
Sanestar China Limited (alias SANESTAR) Juga digunakan sebagai nama alias dalam dokumen ekspor palsu.
Rincian & Keterkaitan
Semua perusahaan tersebut beroperasi silang dan bergantian, digunakan oleh Liu dan rekan-rekannya dalam menjalankan konspirasi sejak Mei 2007 hingga Juli 2020.
Beberapa memiliki pengurus bersama atau direktur Iran, misalnya Raybeam dan Sunray dikaitkan langsung dengan Rayan Roshd Afzar, entitas militer Iran.
Entitas seperti Abascience, Raybeam, Raytronic, dan Sunway masuk daftar OFAC SDN sejak 2017, membuat transaksi dengan mereka berpotensi dikenai sanksi internasional.
Kasus Liu mengungkap betapa rumit dan rentannya rantai pasokan teknologi global—di tengah regulasi sanksi dan kontrol ekspor. Sebagai analis politik di Indonesia, ini perlu diingat sebagai peringatan: di era teknologi canggih dan globalisasi, pelanggaran lintas batas dapat menyandera dinamika keamanan dunia. Bagi Indonesia, kendati tidak terseret langsung, penting untuk belajar: memperkuat lembaga pengawasan, kerja sama intelijen, dan konsistensi terhadap nilai non‑proliferasi—agar tidak menjadi transit atau target pelaku serupa.
Radar Tulungagung adalah situs portal berita lokal yang menyediakan informasi terkini, aktual, dan terpercaya seputar Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya.
Sebagai sumber berita yang profesional, Radar Tulungagung menyajikan berbagai topik menarik mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga gaya hidup dan olahraga.