Ria Yunita atau yang biasa disapa Ria Ricis, sudah meraih berbagai penghargaan di usianya yang menginjak seperempat abad pada 1 Juli 2020. Karya yang dihasilkan bukan hanya content di YouTube, melainkan lima novel yang sudah ditulisnya sejak tahun 2014.
Buku dengan judul “Next” ini berisi kisah perjalanan seorang Ria Ricis yang sangat mewakili setiap isi hati Ria Ricis, tentang keluarga, persahabatan, percintaan, dikhianati, dibohongi, hingga perpisahan. Buku ini mengupas tentang banyak hal, mulai dari keluarga, cerita perjalanan hidup sang penulis, orang tua dan kehidupan di lingkungan sekitarnya.
Motivasi Ria Ricis menulis buku ini karena kegagalan. Ria Ricis tidak mau kegagalannya menjadi sebuah hal yang sia-sia. Ria Ricis ingin bangkit dari kegagalan, dan kegagalan adalah proses menuju kehidupan selanjutnya. Di dalam buku ini Ria Ricis percaya, luka adalah cara Tuhan untuk mempertemukannya dengan kebahagiaan. Terus melangkah adalah proses pendewasaan diri. Karena hidup terus berjalan.
Penulis mengajak untuk bangkit dan berkaca bahwa apapun kegagalan yang kita lewati, hidup akan terus berjalan beriringan dengan keberhasilan di depan mata. Di dalam buku ini terdapat banyak konflik dan rahasia yang Ria Ricis sampaikan melalui rangkaian kata yang ia tulis,. Tentang rahasianya, tentang luka, juga tentang sebuah perpisahan.
Banyak hal dan cerita inspiratif yang tertuang dalam buku ini. Salah satunya yang menarik adalah kisah tentang laut. Penulis sangat mencintai laut. Keindahan laut seolah menghipnotis dalam menulis tentangnya. Nasihat yang tersirat dalam kutipan tentang laut ialah pada akhirnya dengan siapa nanti hidup, mau suka atau tidak suka dengan laut, itu bukan jadi masalah besar. Asal dia mampu menenangkan dan membimbing menjadi wanita yang lebih baik lagi. Laut, sebenarnya banyak hal dan nilai positif yang bisa contoh dari laut maupun kehidupan di laut. Banyak air, pasir, dan karang di lautan yang tidak dapat di hitung jumlahnya. Namun, dari itu semua mampu mengajarkan kita banyak hal, apa itu? Bersyukur atas nikmat Allah yang luar biasa ini dan memuji kepada Sang Pencipta.
Kedua yang bisa diambil contoh ialah kapal, ia akan kuat ketika berlayar walaupun badai dan ombak menerjangnya, tapi kapal tetap kokoh dan berlabuh ke tepian. Begitupun dengan hidup, harus kuat menjalani rintangan yang datang dan melewatinya dengan sabar, sampai bisa mendapatkan tujuan dan mimpi. Ketika merasa Allah tidak adil karena diberi ujian terus-menerus, ingatlah jika tidak sendiri. Justru, harus bersyukur karena menjadi orang pilihan dan terbaik di mata Allah. Buku ini mengandung esensi yang di dalamnya banyak memberikan representasi tentang nilai-nilai kehidupan.
Penulis juga menceritakan tentang orang tuanya. Dalam buku ini tertulis “Orang Tua adalah Payung Kehidupan”. Ketika masalah datang, Ricis selalu bersandar pada sumber kekuatannya, yaitu Mama. Beliaulah yang selalu menjadi penenang dari setiap badai yang menyapa. Saat Ricis terombang-ambing tidak bertujuan, Mama mampu meneguhkan Ricis. Mama adalah payung utama dalam keluarga. Begitupun dengan Papa, lelaki hebat yang menjadi cinta pertama Ricis di dunia ini. Bangga banget punya orang tua seperti Mama dan Papa. Bahagiakan orang tua selagi ada. Jangan buat mereka sakit hati meski kekeliruan datang dari mereka. Waktu tidak bisa membeli apa pun ketika orang tua sudah terbujur kaku. Mendengarkan cerita mereka dan mengobrol walau hanya beberapa jam. Orang tua rindu melihat kita tertawa bahkan lupa bagaimana caranya bahagia bersama karena anak terlalu sibuk dengan urusan dunia.