Table of Contents
Saham PT Astra International Tbk (ASII) telah lama menjadi favorit investor ritel maupun institusi di Indonesia. Dengan posisi sebagai konglomerasi besar yang membawahi sektor otomotif, alat berat, jasa keuangan, infrastruktur, agribisnis, dan teknologi, Astra dikenal sebagai saham dengan fundamental yang kuat. Namun, dalam lima tahun terakhir, harga saham ASII cenderung menurun. Meskipun demikian, banyak investor tetap percaya dan bertahan di saham ini. Artikel ini mengupas secara detail alasan di balik fenomena tersebut.
Tren Penurunan Harga Saham ASII

Harga Saham dalam 5 Tahun Terakhir
Dari tahun 2019 hingga 2024, saham ASII mengalami fluktuasi signifikan. Misalnya, pada pertengahan 2019 harga saham ASII masih berada di kisaran Rp7.000, namun pada kuartal pertama 2024, saham ini sempat jatuh hingga Rp4.290 per lembar. Penurunan ini memicu kekhawatiran investor baru, namun bagi investor lama, ada keyakinan kuat yang membuat mereka tetap bertahan.
Faktor Eksternal Penyebab Tekanan Harga
Beberapa faktor global dan domestik menjadi penyebab utama pelemahan saham Astra. Di antaranya pandemi COVID-19, perlambatan ekonomi, tren suku bunga tinggi, serta ketidakpastian geopolitik. Selain itu, persaingan di sektor otomotif—bisnis inti Astra—semakin ketat dengan masuknya pemain-pemain baru, terutama produsen kendaraan listrik.
Alasan Mengapa Investor Masih Berinvestasi di Saham Astra
Kinerja Keuangan yang Konsisten dan Solid
Meski harga saham tertekan, secara operasional Astra tetap menunjukkan kinerja positif. Pada tahun 2023, Astra membukukan laba bersih Rp33,84 triliun, meningkat hampir 17% dari tahun sebelumnya. Pendapatan dari lini bisnis otomotif, alat berat melalui United Tractors, serta jasa keuangan tetap menjadi penopang utama pertumbuhan laba.
Dividen yang Stabil dan Menarik
Astra dikenal sebagai salah satu emiten yang royal membagikan dividen. Pada tahun buku 2023, Astra membagikan dividen dengan total mencapai Rp450–500 per saham. Dengan harga saham di bawah Rp5.000, imbal hasil dividen (dividend yield) bisa mencapai lebih dari 9%—jauh lebih tinggi dari bunga deposito bank konvensional.
Valuasi yang Sangat Menarik (Undervalued)
Menurut berbagai analis pasar, valuasi saham Astra saat ini berada jauh di bawah nilai wajarnya. Estimasi harga wajar ASII berada di kisaran Rp7.500–Rp9.000, tergantung pada metode valuasi yang digunakan. Ini memberikan peluang capital gain yang besar jika sentimen pasar membaik.
Diversifikasi Bisnis Astra
Salah satu kekuatan utama Astra adalah keberagaman lini bisnisnya. Selain otomotif, Astra memiliki eksposur yang kuat di sektor alat berat (United Tractors), properti, agribisnis (melalui Astra Agro Lestari), teknologi digital, dan logistik. Diversifikasi ini memberikan ketahanan terhadap fluktuasi sektor tertentu.
Komitmen terhadap Transformasi dan Inovasi
Astra menunjukkan adaptasi terhadap perubahan zaman, terutama dalam menyikapi tren elektrifikasi otomotif. Perusahaan mulai berinvestasi pada kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan. Langkah ini dinilai penting untuk mempertahankan daya saing jangka panjang.
Kepemilikan Institusi dan Sentimen Pasar
Saham Astra masih diminati investor institusi, termasuk dana pensiun dan reksa dana besar. Hal ini menunjukkan kepercayaan jangka panjang terhadap stabilitas dan prospek bisnis Astra. Ketika institusi terus mengoleksi saham ini, investor ritel cenderung ikut bertahan atau bahkan menambah posisi.
Tantangan dan Risiko

Persaingan Ketat di Sektor Otomotif
Merek otomotif Astra seperti Toyota dan Daihatsu kini harus bersaing dengan merek baru asal Tiongkok dan Korea Selatan. Perubahan preferensi konsumen terhadap mobil listrik juga menekan pangsa pasar mobil berbahan bakar konvensional.
Tekanan Eksternal: Suku Bunga dan Nilai Tukar
Naiknya suku bunga global dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memberikan tekanan tambahan terhadap profitabilitas, terutama untuk anak usaha yang bergantung pada impor.
Ketergantungan pada Industri Siklis
Sebagian besar lini bisnis Astra sangat bergantung pada siklus ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, permintaan terhadap mobil, alat berat, dan pembiayaan konsumen juga ikut menurun.
Prospek Jangka Panjang

Dukungan Pemerintah terhadap Industri Otomotif
Pemerintah Indonesia mendukung perkembangan industri kendaraan listrik melalui insentif fiskal dan kebijakan regulasi. Astra memiliki potensi besar untuk memanfaatkan peluang ini dengan memperkuat kemitraan global dan memperluas portofolio EV-nya.
Potensi Pemulihan Harga Saham
Jika suku bunga mulai turun dan ekonomi global kembali stabil, saham-saham berfundamental kuat seperti ASII berpeluang mengalami revaluasi positif. Sejumlah analis optimis bahwa saham ASII bisa kembali ke level Rp6.000–Rp7.000 dalam 1–2 tahun ke depan.
Tetap Menarik untuk Investor Jangka Panjang
Harga saham Astra memang menunjukkan tren penurunan dalam lima tahun terakhir, namun fundamental bisnisnya tetap kuat dan solid. Dengan potensi dividen tinggi, valuasi menarik, diversifikasi bisnis yang luas, dan komitmen terhadap inovasi, Astra tetap menjadi pilihan menarik bagi investor jangka panjang. Risiko jangka pendek memang ada, namun jika strategi manajemen tepat dan kondisi makroekonomi membaik, saham ini memiliki potensi pulih dan memberikan imbal hasil yang kompetitif di masa depan.