Isu gagal bayar di platform fintech lending Akseleran kian ramai diperbincangkan publik. Tidak hanya menyoroti sistem keamanan investasi di sektor teknologi finansial, kasus ini juga menyeret nama salah satu edukator keuangan ternama di Indonesia, Felicia Putri Tjiasaka. Fenomena ini menjadi perhatian khusus karena menyangkut kepercayaan masyarakat terhadap influencer finansial dan masa depan industri peer-to-peer lending di Indonesia.
Kronologi Gagal Bayar Akseleran
Akseleran, yang dioperasikan oleh PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk, dikenal sebagai salah satu pionir di sektor pinjaman online berbasis crowdfunding untuk UMKM. Selama beberapa tahun, platform ini telah menjadi jembatan antara para lender (pemberi pinjaman) dan pelaku usaha mikro. Namun, pada pertengahan 2025, sejumlah lender melaporkan kasus gagal bayar yang masif dan berlangsung dalam waktu lama.
Tingkat keberhasilan bayar dalam 90 hari (TKB90) anjlok drastis, bahkan sempat tercatat hanya sekitar 45%. Ini berarti lebih dari separuh pinjaman macet dan belum dikembalikan kepada lender. Dalam dunia fintech lending, angka TKB90 yang rendah merupakan sinyal risiko kredit yang sangat tinggi, sehingga menimbulkan keresahan massal di kalangan investor ritel.
Laporan terbaru dari OJK menegaskan, Akseleran telah diminta untuk memenuhi hak-hak para lender sesuai regulasi yang berlaku. Tekanan juga datang dari para peminjam dan asosiasi fintech agar penyelesaian kasus ini transparan dan adil.
Felicia Putri Tjiasaka: Dari Influencer Finansial ke Pusat Sorotan
Sosok Felicia Putri Tjiasaka tidak asing di dunia literasi keuangan Indonesia. Ia dikenal luas sebagai edukator finansial yang aktif membagikan pengetahuan seputar investasi, perencanaan keuangan, dan literasi ekonomi melalui berbagai platform digital, mulai dari TikTok, Instagram, hingga YouTube.
Felicia lahir di Jakarta pada tahun 1995. Ia merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dengan spesialisasi di bidang keuangan. Setelah lulus, Felicia mengawali kariernya sebagai analis riset di Mandiri Sekuritas. Ia kemudian dipercaya menjadi manajer investasi di PT Insight Investments Management. Sejak 2019, Felicia memfokuskan diri sebagai content creator, dosen tamu, dan konsultan keuangan independen. Dengan latar belakang akademik yang kuat, Felicia berhasil membangun citra sebagai “influencer finansial terpercaya” di Indonesia.
Akun media sosialnya memiliki jutaan pengikut. Lewat video-video singkat dan bahasa sederhana, Felicia mengedukasi generasi muda soal pentingnya investasi, manajemen risiko, dan literasi keuangan sejak dini. Ia sering mendapat undangan sebagai pembicara di berbagai seminar nasional maupun internasional.
Berikut tambahan mengenai estimasi kekayaan Felicia Putri Tjiasaka yang melengkapkan profilnya:
Estimasi Kekayaan & Sumber Pendapatan Felicia Putri Tjiasaka
Berdasarkan informasi publik dan data dari berbagai sumber:
Pendapatan dari YouTube
Menurut Social Blade, Felicia memperoleh antara US$1.900 hingga US$30.700 per bulan pada tahun 2024, atau sekitar Rp 3 juta – Rp 487 juta per bulan. Data analisis YouTube pada Mei 2025 menunjukkan pendapatan berkisar di US$929–1.273 per bulan, atau sekitar Rp 14–19 juta.
Aset dan portofolio investasi
Di usia 25 tahun, Felicia pernah mengaku sudah meraih total kekayaan hingga Rp 10 miliar, dengan loncatan pertama Rp 1 miliar di usia 24–25 tahun.
Secara keseluruhan, kekayaan Felicia berasal dari berbagai sumber—karier profesional (analis dan manajer investasi), kreativitas konten digital (YouTube, TikTok, Instagram), serta portofolio investasi.
Mengapa Felicia Terkena Kasus Gagal Bayar Akseleran?
Felicia Putri Tjiasaka terkena kasus ini karena posisinya sebagai public figure yang aktif mempromosikan Akseleran melalui berbagai platform digital. Dalam banyak unggahan, Felicia menceritakan pengalamannya sebagai lender di Akseleran, sering membahas keunggulan platform, sistem asuransi, serta kemudahan investasi berbasis teknologi. Banyak pengikutnya, terutama generasi muda, merasa teredukasi dan akhirnya terdorong untuk mencoba berinvestasi di Akseleran karena melihat testimoni dan edukasi yang ia bagikan.
Masalah muncul ketika Akseleran mengalami gagal bayar massal yang berdampak luas pada ribuan lender. Banyak di antara lender tersebut yang merasa keputusan investasinya sangat dipengaruhi oleh edukasi dan promosi yang dilakukan oleh Felicia. Sebagian dari mereka merasa informasi yang disampaikan kurang menekankan risiko utama, seperti potensi gagal bayar sistemik, keterbatasan asuransi, serta tidak dijelaskan secara gamblang bagaimana mekanisme proteksi dana jika terjadi masalah besar pada platform.
Setelah gelombang protes muncul di media sosial, Felicia pun ikut terseret dalam pusaran tuntutan pertanggungjawaban moral. Ia dianggap tidak cukup transparan membahas risiko tinggi yang mengintai investasi di P2P lending, terutama pada kondisi ekonomi yang tak menentu. Felicia juga sempat diduga menerima keuntungan finansial dari kerja sama promosi dengan Akseleran, walaupun hal ini kemudian ia bantah secara terbuka.
Pada pertengahan Juni 2025, Felicia merilis klarifikasi resmi melalui media sosial. Ia menyatakan turut menjadi lender dan bahkan mengalami kerugian akibat gagal bayar, serta tidak pernah menerima insentif pribadi dari Akseleran atas konten yang dibuatnya. Felicia meminta maaf kepada para follower yang merasa dirugikan dan menegaskan komitmennya untuk tetap mendampingi dan membantu memberikan edukasi kepada investor ritel yang terdampak kasus ini.
Reaksi Masyarakat dan Lender
Publik, khususnya investor ritel muda, terbagi dua menyikapi peran Felicia dalam kasus ini. Ada yang membela, dengan alasan Felicia sudah memberikan edukasi mengenai risiko dan mengaku ikut mengalami kerugian. Namun tak sedikit pula yang kecewa, karena merasa edukasi yang diberikan terlalu optimis dan tidak membahas secara rinci risiko kegagalan sistemik.
Beberapa lender yang mengaku mengikuti rekomendasi Felicia menyampaikan kerugian hingga puluhan juta rupiah. Mereka merasa sistem asuransi yang dijanjikan tidak berjalan efektif, sehingga dana yang diinvestasikan tak bisa ditarik kembali dalam waktu yang wajar.
Tanggapan OJK dan Implikasi Industri
OJK menanggapi kasus gagal bayar ini dengan serius. Sebagai regulator, OJK memperketat pengawasan terhadap seluruh platform fintech lending dan meminta Akseleran segera merampungkan proses restrukturisasi serta pengembalian dana lender. Kasus ini juga menimbulkan efek domino ke platform fintech lain, di mana masyarakat mulai mempertanyakan keamanan dan transparansi produk P2P lending.
Industri influencer keuangan juga terkena imbas. Banyak edukator finansial kini lebih hati-hati dalam membuat konten promosi investasi. Asosiasi fintech pun merilis imbauan agar semua pihak, termasuk influencer, lebih transparan menyampaikan risiko produk investasi ke masyarakat luas.
Pelajaran dari Kasus Gagal Bayar Akseleran
Kisah gagal bayar Akseleran dan keterlibatan Felicia Putri Tjiasaka menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pihak, baik regulator, pelaku industri, maupun masyarakat. Keputusan investasi harus didasari riset dan pemahaman mandiri, bukan hanya mengikuti rekomendasi influencer. Asuransi di platform P2P lending ternyata tidak selalu menjamin perlindungan dana 100 persen. Edukasi mengenai risiko investasi harus disampaikan secara transparan dan seimbang, bukan hanya sisi positif semata.
Keterlibatan Nama Besar membuktikan siapapun bisa terkena Resiko Investasi
Gagal bayar Akseleran menjadi catatan penting dalam sejarah fintech Indonesia. Keterlibatan nama besar seperti Felicia Putri Tjiasaka membuktikan bahwa siapapun bisa terdampak risiko investasi, tak peduli seberapa besar kredibilitas dan pengaruhnya. Kasus ini menegaskan pentingnya literasi keuangan, regulasi yang kuat, serta tanggung jawab bersama dalam membangun ekosistem investasi yang sehat dan berkelanjutan di Indonesia.
Radar Tulungagung adalah situs portal berita lokal yang menyediakan informasi terkini, aktual, dan terpercaya seputar Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya.
Sebagai sumber berita yang profesional, Radar Tulungagung menyajikan berbagai topik menarik mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga gaya hidup dan olahraga.