Table of Contents
Jakarta – Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim pada tahun 2022 diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam sistem pendidikan Indonesia. Berfokus pada fleksibilitas dan kemerdekaan belajar, kurikulum ini dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi siswa, terutama dalam keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas. Namun, di balik semangat perubahan ini, Kurikulum Merdeka menghadapi sejumlah tantangan dan kegagalan yang membuat beberapa pihak menilai bahwa kurikulum ini perlu digantikan dengan pendekatan baru, yakni Kurikulum Deep Learning.
Salah satu permasalahan yang muncul adalah semakin banyaknya siswa sekolah menengah atas (SMA) yang kesulitan dalam memahami matematika dasar, termasuk operasi sederhana seperti perkalian dan pembagian. Fenomena ini menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat dan ahli pendidikan, sehingga wacana pergantian ke Kurikulum Deep Learning mulai menjadi perhatian utama.
Apa Itu Kurikulum Merdeka?
Kurikulum Merdeka lahir dari inisiatif untuk memperbarui metode pembelajaran yang dirasa terlalu kaku dan kurang relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan konsep “merdeka belajar,” kurikulum ini bertujuan memberikan keleluasaan bagi siswa dan guru dalam proses belajar, sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan mereka. Beberapa karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka meliputi:
Fokus pada Kompetensi Dasar dan Profil Pelajar Pancasila
Kurikulum ini mengedepankan literasi dan numerasi, serta penanaman nilai-nilai seperti berpikir kritis, gotong royong, mandiri, dan beriman. Tujuan utamanya adalah membentuk pelajar yang berkompeten dan berkarakter kuat.
Pembelajaran Berbasis Proyek
Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan bisa belajar secara lebih kontekstual melalui kegiatan proyek yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Fleksibilitas bagi Guru dan Sekolah
Guru diberikan kebebasan lebih untuk memilih metode yang dianggap sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih dinamis.
Pengurangan Beban Materi
Kurikulum Merdeka dirancang untuk mengurangi jumlah materi yang harus dipelajari siswa, dengan harapan agar siswa bisa memahami setiap materi secara mendalam dan tidak merasa terbebani oleh kurikulum yang terlalu padat.
Kegagalan dalam Kurikulum Merdeka
Meski memiliki visi yang baik, penerapan Kurikulum Merdeka tidak berjalan mulus. Berbagai masalah muncul dalam implementasinya, salah satunya adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan dasar seperti matematika. Berikut ini adalah beberapa kegagalan yang dialami Kurikulum Merdeka hingga menimbulkan keresahan di masyarakat:
Kesulitan Siswa dalam Matematika Dasar
Kurikulum Merdeka yang berfokus pada proyek dan fleksibilitas ternyata mengabaikan penguasaan keterampilan dasar. Banyak siswa SMA yang mengalami kesulitan dalam matematika dasar, seperti operasi perkalian dan pembagian, yang seharusnya sudah dikuasai di tingkat pendidikan dasar. Ini menjadi indikasi bahwa kompetensi dasar siswa, terutama dalam matematika, tidak diperhatikan secara optimal.
Ketidakpahaman Guru atas Kurikulum Baru
Banyak guru belum memiliki pemahaman yang cukup tentang Kurikulum Merdeka. Akibatnya, mereka merasa bingung saat harus menerapkan pembelajaran berbasis proyek atau fleksibilitas yang tinggi. Ketiadaan panduan yang jelas membuat implementasi kurikulum ini berbeda-beda di setiap sekolah, bahkan cenderung tidak konsisten.
Pengukuran Pencapaian Siswa yang Kurang Standar
Dengan fokus pada proses dan proyek, pengukuran hasil belajar menjadi sulit, terutama di daerah yang tidak memiliki akses pendidikan yang memadai. Banyak siswa yang memiliki kesenjangan kemampuan akibat standar penilaian yang berbeda-beda.
Minimnya Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)
Kurikulum Merdeka belum mampu menghadirkan pembelajaran mendalam yang berfokus pada pemahaman konsep dan aplikasi nyata. Banyak siswa hanya memahami materi secara dangkal dan kehilangan kemampuan dasar, terutama dalam matematika dan sains.
Beban Tambahan bagi Guru
Di sisi guru, kebebasan dalam memilih metode pengajaran justru menambah beban bagi mereka. Banyak guru yang harus membuat perencanaan pembelajaran dari nol, tanpa dukungan yang memadai, sehingga mereka tidak bisa mengembangkan metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dampak Kurikulum Merdeka pada Kemampuan Matematika Siswa
Kegagalan dalam mengajarkan keterampilan dasar matematika menjadi perhatian serius karena matematika merupakan ilmu dasar yang berperan penting dalam pengembangan logika dan keterampilan berpikir kritis. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di masyarakat, terutama terkait kesiapan siswa menghadapi tantangan akademik di tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesulitan siswa SMA dalam memahami matematika dasar menunjukkan adanya celah dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Materi dasar seperti perkalian, pembagian, serta konsep dasar matematika lainnya sering kali terabaikan karena fokus kurikulum yang lebih ke arah pengembangan proyek dan keterampilan non-akademik. Akibatnya, banyak siswa yang gagal menguasai keterampilan dasar ini dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal sederhana.
Wacana Pergantian ke Kurikulum Deep Learning
Menyikapi berbagai tantangan dan kegagalan Kurikulum Merdeka, muncul wacana untuk mengadopsi Kurikulum Deep Learning yang berfokus pada pembelajaran mendalam. Kurikulum Deep Learning difokuskan untuk mendorong pemahaman siswa pada tingkat yang lebih tinggi, dengan pendekatan yang menekankan pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis, dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
Karakteristik Kurikulum Deep Learning
Pendalaman Konsep Dasar
Kurikulum ini berusaha agar siswa memahami materi secara menyeluruh dan mendalam. Dalam matematika, misalnya, siswa akan lebih diarahkan untuk memahami logika di balik setiap operasi dan konsep, bukan hanya sekadar menghafal.
Penekanan pada Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah
Kurikulum ini dirancang untuk melatih siswa agar mampu menganalisis masalah secara mandiri dan berpikir kritis. Dengan demikian, siswa diharapkan lebih siap dalam menghadapi tantangan dalam berbagai bidang akademik dan kehidupan.
Penggunaan Teknologi dan Sumber Belajar Digital
Teknologi akan digunakan untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan meningkatkan pemahaman melalui berbagai aplikasi dan media pembelajaran yang interaktif.
Fokus pada Kompetensi Dasar Sebelum Proyek
Kurikulum Deep Learning tetap mengadopsi pendekatan berbasis proyek, namun dengan fokus utama pada penguasaan kompetensi dasar terlebih dahulu. Hal ini memastikan bahwa siswa memiliki dasar yang kuat sebelum mulai mempelajari keterampilan tambahan.
Pelatihan Guru yang Lebih Intensif dan Berkelanjutan
Kualitas guru yang kompeten menjadi kunci utama dalam penerapan kurikulum ini. Dengan pelatihan yang intensif, guru diharapkan mampu mengimplementasikan pembelajaran yang mendalam, terutama untuk mengajar keterampilan dasar matematika.
Tantangan dalam Penerapan Kurikulum Deep Learning
Meski terlihat menjanjikan, penerapan Kurikulum Deep Learning juga menghadapi sejumlah tantangan:
Peningkatan Kompetensi Guru Secara Menyeluruh
Penerapan kurikulum baru membutuhkan guru yang kompeten dalam pendekatan deep learning. Oleh karena itu, pelatihan guru harus dilakukan secara merata agar tidak ada kesenjangan antara guru di kota dan di daerah terpencil.
Pengadaan Infrastruktur Teknologi di Sekolah-Sekolah
Penerapan teknologi sebagai bagian dari kurikulum ini memerlukan infrastruktur memadai di sekolah-sekolah. Sayangnya, tidak semua sekolah di Indonesia memiliki akses terhadap fasilitas teknologi yang memadai.
Kesiapan Siswa dalam Beradaptasi dengan Metode Baru
Dengan pendekatan pembelajaran mendalam, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Oleh karena itu, siswa perlu waktu dan pendampingan untuk dapat menyesuaikan diri dengan metode baru ini.
Fokus lebih mendalam untuk pendidikan Indonesia
Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan oleh Nadiem Makarim memiliki tujuan mulia untuk membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih progresif dan relevan. Namun, berbagai masalah implementasi, termasuk rendahnya penguasaan keterampilan matematika dasar di kalangan siswa SMA, menunjukkan adanya kelemahan mendasar dalam kurikulum ini. Menghadapi kenyataan ini, wacana untuk menggantinya dengan Kurikulum Deep Learning diharapkan dapat menjadi solusi yang lebih baik.
Dengan fokus pada pemahaman mendalam, keterampilan berpikir kritis, dan pengembangan kompetensi dasar, Kurikulum Deep Learning berpotensi menjawab tantangan pendidikan di Indonesia dan membantu siswa memperoleh keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk masa depan. Dukungan penuh dari pemerintah dan pelatihan guru yang memadai menjadi kunci keberhasilan dalam implementasi kurikulum ini.