Home Edukasi Apa Itu GERD? Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
gerd

Apa Itu GERD? Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

by Ferdi

GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease adalah kondisi medis yang terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan secara berulang, menyebabkan rasa tidak nyaman dan gangguan kesehatan. GERD berbeda dengan refluks asam biasa, karena terjadi secara lebih sering dan berkelanjutan. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, menyebabkan gejala seperti rasa terbakar di dada (heartburn), regurgitasi, dan bahkan bisa memicu komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.

Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap tentang apa itu GERD, gejala yang harus diwaspadai, penyebab utama, serta cara-cara untuk mencegah dan mengatasi kondisi ini.

Pengertian GERD

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah kondisi kronis di mana isi lambung, termasuk asam lambung, secara berulang naik kembali ke kerongkongan. Hal ini disebabkan oleh lemahnya otot sfingter esofagus bagian bawah (LES), yang biasanya berfungsi sebagai pintu penutup antara lambung dan kerongkongan. Ketika LES melemah atau tidak menutup dengan benar, asam lambung dapat mengalir ke kerongkongan, menyebabkan iritasi dan peradangan.

Secara umum, refluks asam adalah fenomena normal yang dapat terjadi sesekali, terutama setelah makan. Namun, pada orang dengan GERD, refluks asam terjadi lebih sering dan menyebabkan gejala yang lebih parah, serta dapat merusak lapisan kerongkongan. Jika tidak diobati, GERD dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti luka pada kerongkongan atau bahkan meningkatkan risiko kanker esofagus.

Gejala GERD

Gejala GERD bervariasi dari orang ke orang, tergantung pada tingkat keparahan kondisinya. Namun, beberapa gejala yang paling umum meliputi:

1. Heartburn

Heartburn atau sensasi terbakar di dada adalah gejala GERD yang paling sering dialami. Sensasi terbakar ini biasanya terjadi setelah makan, terutama jika seseorang berbaring atau membungkuk. Heartburn sering dirasakan di belakang tulang dada dan bisa menjalar ke leher, tenggorokan, atau punggung. Gejala ini bisa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam.

2. Regurgitasi

Regurgitasi adalah kondisi di mana makanan atau cairan dari lambung naik kembali ke mulut. Pada penderita GERD, regurgitasi bisa terasa seperti rasa asam atau pahit di mulut, dan ini sering kali terjadi bersamaan dengan heartburn.

3. Kesulitan Menelan (Disfagia)

Pada beberapa orang, GERD dapat menyebabkan kesulitan menelan. Hal ini terjadi karena iritasi kronis di kerongkongan yang menyebabkan penyempitan atau pembengkakan pada saluran kerongkongan. Disfagia dapat membuat penderita merasa seperti makanan tersangkut di tenggorokan saat menelan.

4. Batuk Kronis

Batuk yang tidak kunjung sembuh, terutama pada malam hari, bisa menjadi tanda GERD. Batuk ini biasanya disebabkan oleh iritasi asam lambung yang naik ke tenggorokan dan menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan.

5. Sakit Tenggorokan dan Suara Serak

Peningkatan asam lambung dapat menyebabkan iritasi pada tenggorokan dan pita suara, sehingga seseorang mungkin mengalami sakit tenggorokan kronis atau suara serak. Gejala ini sering kali memburuk pada pagi hari setelah bangun tidur.

6. Mual atau Muntah

Beberapa penderita GERD mungkin mengalami mual secara berkala. Pada kasus yang lebih parah, muntah bisa terjadi jika refluks asam lambung sangat intens.

Penyebab GERD

GERD disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi otot sfingter esofagus bagian bawah (LES). Beberapa penyebab dan faktor risiko yang berkontribusi pada GERD antara lain:

1. Kelemahan Otot LES

Otot LES berfungsi sebagai penghalang antara lambung dan kerongkongan. Ketika otot ini lemah atau rusak, asam lambung dapat dengan mudah naik ke kerongkongan. Kelemahan otot LES bisa disebabkan oleh penuaan, kondisi medis tertentu, atau penggunaan obat-obatan tertentu.

2. Kelebihan Berat Badan atau Obesitas

Orang dengan berat badan berlebih atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena GERD. Lemak berlebih di sekitar perut bisa memberikan tekanan tambahan pada lambung, yang pada akhirnya mendorong asam lambung naik ke kerongkongan.

3. Kehamilan

Ibu hamil sering mengalami GERD, terutama pada trimester ketiga. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan pada perut akibat rahim yang membesar, serta perubahan hormon yang mempengaruhi otot LES.

4. Makanan dan Minuman Tertentu

Beberapa jenis makanan dan minuman diketahui dapat memicu refluks asam dan memperburuk GERD. Makanan pedas, berlemak, cokelat, kafein, alkohol, serta minuman berkarbonasi adalah beberapa pemicu umum GERD.

5. Merokok

Merokok dapat memperlemah otot LES, serta meningkatkan produksi asam lambung. Ini membuat perokok lebih rentan terhadap refluks asam dan GERD.

6. Obat-Obatan

Beberapa obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), penghambat saluran kalsium, dan obat antihistamin, dapat memperlemah otot LES atau mengiritasi lambung, sehingga memicu refluks asam.

Cara Mendiagnosis GERD

Jika seseorang mengalami gejala yang konsisten dengan GERD, langkah pertama yang biasanya dilakukan oleh dokter adalah mengevaluasi riwayat kesehatan dan gejala yang dialami pasien. Beberapa tes tambahan mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis GERD dan menilai tingkat keparahan kondisinya. Beberapa metode yang umum digunakan untuk mendiagnosis GERD meliputi:

1. Endoskopi

Endoskopi melibatkan penggunaan tabung fleksibel yang dilengkapi dengan kamera kecil untuk melihat bagian dalam kerongkongan dan lambung. Tes ini memungkinkan dokter untuk mendeteksi adanya peradangan, luka, atau kerusakan pada kerongkongan akibat asam lambung.

2. Tes pH Esophagus

Tes ini mengukur tingkat asam di kerongkongan selama 24 jam untuk menentukan seberapa sering asam lambung naik ke kerongkongan. Alat kecil dimasukkan ke kerongkongan melalui hidung atau mulut untuk mengukur tingkat pH.

3. Manometri Esofagus

Manometri digunakan untuk mengukur tekanan dan fungsi otot di kerongkongan. Tes ini dapat membantu dokter menentukan apakah otot LES berfungsi dengan baik atau tidak.

4. Tes Rontgen

Tes rontgen dilakukan dengan menggunakan zat pewarna kontras untuk melihat apakah ada kelainan struktural di kerongkongan atau lambung yang bisa menyebabkan GERD.

Pengobatan dan Pencegahan GERD

Mengobati GERD bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. Ada beberapa pilihan pengobatan yang tersedia, baik melalui perubahan gaya hidup, penggunaan obat-obatan, maupun intervensi medis lainnya.

1. Perubahan Gaya Hidup

Mengubah kebiasaan sehari-hari sering kali menjadi langkah pertama dalam mengelola GERD. Beberapa perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengurangi gejala GERD antara lain:

  • Makan dalam porsi kecil: Makan dalam jumlah yang lebih kecil namun sering dapat mengurangi tekanan pada lambung.
  • Hindari makanan pemicu: Menghindari makanan yang dapat memicu refluks asam, seperti makanan berlemak, pedas, cokelat, kafein, dan alkohol.
  • Tidak berbaring setelah makan: Menunggu setidaknya 2-3 jam setelah makan sebelum berbaring dapat membantu mencegah refluks asam.
  • Angkat kepala saat tidur: Tidur dengan kepala yang lebih tinggi (sekitar 15-20 cm) dapat mengurangi kemungkinan asam lambung naik ke kerongkongan selama tidur.
  • Berhenti merokok: Menghentikan kebiasaan merokok dapat memperbaiki fungsi otot LES.

2. Obat-Obatan

Beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengobati GERD meliputi:

  • Antasida: Obat ini dapat membantu menetralkan asam lambung dengan cepat dan meredakan gejala heartburn.
  • Penghambat Pompa Proton (PPI): PPI, seperti omeprazole dan lansoprazole, bekerja dengan mengurangi produksi asam lambung.
  • Penghambat H2: Obat-obatan seperti ranitidine dan famotidine dapat mengurangi produksi asam lambung dan meredakan gejala GERD.

3. Intervensi Medis

Pada kasus GERD yang parah dan tidak merespons pengobatan biasa, intervensi medis mungkin diperlukan. Salah satu prosedur yang umum dilakukan adalah fundoplikasi, yaitu prosedur bedah di mana bagian atas lambung dibungkus di sekitar esofagus bagian bawah untuk memperkuat otot sfingter esofagus bagian bawah (LES). Prosedur ini membantu mencegah refluks asam dengan cara memperkuat mekanisme penutupan antara lambung dan kerongkongan.

Ada juga prosedur LINX, di mana perangkat kecil yang terdiri dari manik-manik magnetik ditempatkan di sekitar LES. Manik-manik ini membantu memperkuat LES, tetapi tetap memungkinkan makanan dan cairan untuk melewati kerongkongan dengan normal.

Komplikasi GERD

Jika GERD tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius yang memengaruhi kesehatan seseorang secara keseluruhan. Beberapa komplikasi umum yang terkait dengan GERD meliputi:

1. Esofagitis

Esofagitis adalah peradangan pada dinding kerongkongan akibat paparan asam lambung yang berkepanjangan. Kondisi ini bisa menyebabkan rasa sakit, kesulitan menelan, dan kerusakan permanen pada lapisan kerongkongan jika tidak diobati.

2. Barrett’s Esophagus

Barrett’s esophagus terjadi ketika sel-sel normal di lapisan kerongkongan bawah berubah menjadi sel abnormal akibat paparan asam lambung yang berulang. Kondisi ini meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan kanker esofagus. Meskipun Barrett’s esophagus adalah komplikasi serius, tidak semua orang dengan kondisi ini akan mengembangkan kanker, namun penting untuk melakukan pengawasan medis secara rutin.

3. Penyempitan Esofagus

Refluks asam kronis bisa menyebabkan jaringan parut di kerongkongan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyempitan esofagus. Kondisi ini dikenal sebagai striktur esofagus, yang membuat makanan sulit untuk melewati kerongkongan dan dapat menyebabkan disfagia (kesulitan menelan).

4. Kanker Esofagus

Salah satu komplikasi paling serius dari GERD yang tidak diobati adalah kanker esofagus, terutama jenis adenokarsinoma esofagus. Risiko kanker ini meningkat pada mereka yang mengalami Barrett’s esophagus. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah berkembangnya kanker esofagus.

Mencegah GERD

Meskipun GERD bisa menjadi masalah kronis bagi banyak orang, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegahnya atau mengurangi frekuensi dan intensitas gejala. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah GERD:

1. Jaga Berat Badan Ideal

Kelebihan berat badan dan obesitas bisa meningkatkan tekanan pada perut, yang menyebabkan refluks asam. Dengan menjaga berat badan yang sehat, Anda dapat mengurangi risiko GERD.

2. Hindari Makanan Pemicu

Mengetahui makanan apa yang memicu gejala GERD dan menghindarinya adalah langkah penting dalam pencegahan. Makanan pedas, berlemak, serta minuman berkafein dan berkarbonasi biasanya adalah pemicu umum bagi penderita GERD.

3. Makan dalam Porsi Kecil

Makan dalam porsi besar dapat meningkatkan tekanan pada perut dan membuat asam lambung lebih mungkin untuk naik ke kerongkongan. Makan lebih sering dalam porsi kecil dapat membantu mencegah refluks.

4. Hindari Berbaring Setelah Makan

Berbaring segera setelah makan dapat memicu refluks asam. Sebaiknya, tunggu setidaknya 2-3 jam setelah makan sebelum berbaring atau tidur.

5. Hindari Rokok dan Alkohol

Merokok dapat memperlemah otot LES, dan alkohol dapat merangsang produksi asam lambung. Menghentikan kebiasaan ini dapat membantu mengurangi gejala GERD.

6. Tinggikan Kepala Saat Tidur

Meninggikan kepala saat tidur, misalnya dengan menggunakan bantal tambahan atau alat khusus, dapat membantu mencegah asam lambung naik saat Anda berbaring.

Kapan Harus Menghubungi Dokter?

GERD adalah kondisi yang bisa diobati, tetapi jika dibiarkan tanpa penanganan, dapat menyebabkan komplikasi serius. Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala GERD yang berlangsung lebih dari dua kali seminggu, atau jika pengobatan yang biasa tidak berhasil meredakan gejala.

Gejala yang lebih serius, seperti kesulitan menelan, penurunan berat badan yang tidak disengaja, nyeri dada yang parah, atau muntah darah, memerlukan perhatian medis segera. Ini bisa menjadi tanda komplikasi yang memerlukan penanganan lebih lanjut.

Kesimpulan dari GERD

GERD adalah kondisi kronis di mana asam lambung naik kembali ke kerongkongan, menyebabkan gejala seperti heartburn, regurgitasi, dan kesulitan menelan. Meskipun GERD bisa mengganggu kualitas hidup, ada banyak langkah yang dapat diambil untuk mengelola dan mencegahnya. Dengan perubahan gaya hidup, pengobatan, dan dalam beberapa kasus, intervensi medis, GERD dapat dikontrol dan komplikasi serius dapat dihindari.

Jika Anda mengalami gejala yang konsisten dengan GERD, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Related Posts

Leave a Comment