Table of Contents
Tahun 2025 mencatat fakta menarik namun mengkhawatirkan dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Meskipun jumlah lulusan perguruan tinggi terus meningkat setiap tahunnya, realitas di lapangan menunjukkan bahwa sebagian dari mereka justru kesulitan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan beberapa survei ketenagakerjaan, terdapat sejumlah jurusan kuliah yang memiliki tingkat pengangguran lebih tinggi dibandingkan jurusan lainnya. Fenomena ini dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari mismatch kompetensi, perkembangan industri yang tidak seimbang, hingga perubahan tren lapangan kerja.
Dinamika Dunia Kerja dan Relevansi Kurikulum
Jurusan Tidak Selaras dengan Kebutuhan Industri
Salah satu akar masalah dari tingginya angka pengangguran pada lulusan perguruan tinggi adalah tidak sinkronnya antara apa yang dipelajari di bangku kuliah dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Banyak jurusan masih terjebak pada kurikulum yang tidak adaptif, bahkan ketinggalan zaman, sehingga membuat lulusannya kurang relevan di pasar kerja. Sektor industri yang mengalami digitalisasi dan automasi, misalnya, tidak diimbangi dengan penyegaran materi pembelajaran di jurusan-jurusan sosial atau humaniora tertentu.
Perubahan Cepat di Dunia Teknologi
Industri yang berbasis teknologi dan digital mengalami pergeseran yang sangat cepat. Sayangnya, tidak semua jurusan mampu mengejar kecepatan perubahan ini. Beberapa jurusan yang dahulu diminati karena prospeknya yang menjanjikan, kini mulai kehilangan daya tarik karena dianggap stagnan dan tidak mampu bersaing di tengah arus globalisasi ekonomi digital.

15 Jurusan dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi 2025
Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Meskipun sempat populer di era literasi fisik, jurusan ini kini menghadapi tantangan besar di era digital. Banyak lulusan kesulitan mencari pekerjaan karena peran pustakawan tradisional telah tergantikan oleh sistem informasi otomatis dan digital library.
Antropologi
Lulusan antropologi sering kali mengalami kesulitan mencari posisi yang secara langsung relevan dengan ilmu yang mereka pelajari. Profesi seperti peneliti atau konsultan kebudayaan tergolong langka dan tidak tersedia dalam jumlah besar.
Sosiologi
Permintaan tenaga kerja di bidang ini terbatas pada lembaga riset, LSM, atau lembaga pemerintahan. Banyak lulusan yang akhirnya bekerja di bidang yang tidak sesuai latar belakangnya, atau bahkan tidak bekerja sama sekali.
Ilmu Politik
Jurusan ini masih diminati karena dianggap prestisius, namun realitanya hanya sebagian kecil lulusan yang berhasil masuk ke sektor politik atau lembaga pemerintah. Mayoritas lainnya kesulitan bersaing di sektor swasta.
Sejarah
Lapangan kerja untuk lulusan sejarah sangat sempit, dengan dominasi sektor pendidikan dan penelitian. Karena keterbatasan kebutuhan tenaga pengajar sejarah, banyak lulusan yang akhirnya bekerja di sektor non-akademik.
Bahasa Daerah dan Sastra Lokal
Kebutuhan akan tenaga pengajar atau penulis dalam bidang ini sangat terbatas. Jurusan ini menjadi salah satu dengan angka pengangguran tertinggi karena tidak semua daerah membuka peluang kerja formal bagi lulusan bidang ini.
Filsafat
Filsafat menawarkan wawasan kritis dan mendalam, namun tidak banyak industri yang membutuhkan lulusan dengan kompetensi abstrak tanpa skill teknis. Ini membuat lulusan filsafat sulit bersaing di pasar kerja terbuka.
Pendidikan Seni
Jurusan ini mengandalkan sektor pendidikan dan hiburan. Namun, minimnya institusi yang membuka formasi guru seni atau pelatih kesenian menjadi hambatan utama bagi para lulusan.
Kriminologi
Walau memiliki nilai strategis, kriminologi tidak selalu memiliki lowongan kerja yang luas. Banyak lulusan akhirnya bergeser ke bidang hukum, sosial, atau bahkan bekerja di luar bidang studi.
Pendidikan Kewarganegaraan
Jurusan ini hanya relevan untuk kebutuhan pengajar PPKn di sekolah. Dengan keterbatasan lowongan guru PPKn dan kebijakan efisiensi tenaga pengajar, banyak lulusan kesulitan mencari pekerjaan tetap.
Ilmu Keolahragaan
Jurusan ini menghasilkan lulusan yang kompeten di bidang pelatihan fisik dan olahraga. Namun rendahnya kesadaran akan pentingnya pelatih profesional di masyarakat membuat prospek kerjanya rendah.
Pendidikan Bahasa Asing Non-Inggris
Bahasa Prancis, Jerman, Jepang, dan lainnya memang penting, namun lowongan kerja sebagai pengajar atau penerjemah sangat terbatas. Lulusan sering kali harus berkompetisi ketat dengan native speaker atau sertifikasi internasional.
Kesejahteraan Sosial
Jurusan ini banyak mencetak pekerja sosial. Namun kurangnya lembaga kesejahteraan sosial yang mampu menyerap tenaga kerja menjadikan lulusan bidang ini harus mencari profesi lain yang tidak sesuai bidangnya.
Pendidikan Agama
Dengan minimnya institusi yang membuka posisi guru agama, serta adanya batasan syarat sertifikasi, banyak lulusan pendidikan agama Islam atau Kristen menghadapi hambatan serius dalam mencari pekerjaan formal.
Pendidikan Sejarah
Jurusan ini mirip dengan sejarah murni, namun lebih fokus ke dunia pendidikan. Kendala utamanya tetap pada terbatasnya lowongan guru sejarah dan kebutuhan sekolah yang lebih banyak mencari pengajar lintas mata pelajaran.

Tantangan Umum yang Dihadapi Lulusan
Mismatch antara Gelar dan Skill
Banyak lulusan yang hanya mengandalkan ijazah tanpa dibarengi kemampuan praktis atau sertifikasi tambahan. Dunia kerja menuntut bukan hanya lulusan sarjana, tetapi juga tenaga kerja yang siap kerja, adaptif, dan memiliki skill digital.
Kurangnya Jaringan dan Informasi
Selain keterbatasan peluang kerja, minimnya jaringan profesional dan informasi lowongan juga membuat lulusan terhambat masuk ke dunia kerja. Hal ini diperparah oleh kurangnya bimbingan karier di kampus.
Kompetisi dengan Lulusan Internasional
Dengan globalisasi, banyak perusahaan lebih terbuka pada lulusan luar negeri atau mereka yang memiliki pengalaman kerja internasional. Ini menjadi tantangan besar bagi lulusan dalam negeri yang belum memiliki daya saing setara.
Harapan dan Solusi untuk Masa Depan
Kurikulum yang Responsif terhadap Industri
Institusi pendidikan tinggi perlu melakukan penyesuaian kurikulum berdasarkan tren pasar kerja. Kolaborasi antara kampus, dunia industri, dan pemerintah menjadi kunci untuk menciptakan lulusan yang kompeten dan siap pakai.
Sertifikasi Tambahan dan Keterampilan Digital
Lulusan dari jurusan dengan prospek rendah dapat meningkatkan peluang kerja dengan mengambil sertifikasi digital, pelatihan wirausaha, atau kursus keterampilan berbasis teknologi.
Peran Penting Career Development Center
Setiap kampus sebaiknya memiliki pusat pengembangan karier yang aktif memfasilitasi mahasiswa dan alumni dalam menjalin relasi profesional, memperoleh pelatihan, serta akses langsung ke perusahaan mitra.

Bijak Memilih Jurusan, Cerdas Mempersiapkan Diri
Meningkatnya pengangguran dari kalangan sarjana bukan berarti kuliah kehilangan makna. Yang dibutuhkan adalah kesiapan dari mahasiswa, lembaga pendidikan, dan ekosistem industri untuk bersinergi dalam menciptakan generasi kerja yang relevan dan tangguh. Bagi calon mahasiswa, memilih jurusan tidak bisa semata karena minat atau gengsi. Harus ada pertimbangan masa depan, peluang kerja, dan kesiapan membekali diri dengan keterampilan tambahan. Dunia kerja ke depan bukan hanya menuntut gelar, tapi kompetensi nyata dan kemampuan beradaptasi yang tinggi.