Kabar wafatnya Paus Fransiskus pada April 2025 mengguncang dunia Katolik dan lintas kepercayaan. Pemimpin Gereja Katolik yang dikenal dengan kesederhanaannya itu menutup masa pengabdiannya dalam usia 88 tahun. Namun lebih dari sekadar kepergiannya, keputusan yang paling menyita perhatian adalah keinginannya untuk dimakamkan bukan di Vatikan, melainkan di Basilika Santa Maria Maggiore, salah satu gereja tertua dan paling ikonik di Roma.
Langkah ini tidak hanya mencerminkan kerendahan hati yang menjadi ciri khas Paus Fransiskus, tetapi juga menyimpan makna spiritual mendalam—sebuah pernyataan terakhir tentang kasihnya pada Bunda Maria, devosinya pada rakyat, dan sikapnya terhadap tradisi gerejawi.
Hubungan Paus Fransiskus dengan Basilika Santa Maria Maggiore
Devosi Seumur Hidup kepada Salus Populi Romani
Sejak menjabat pada tahun 2013, Paus Fransiskus hampir selalu mengawali dan mengakhiri perjalanan apostoliknya dengan berdoa di hadapan Salus Populi Romani—ikon Perawan Maria yang berada di Basilika Santa Maria Maggiore. Ini bukan sekadar rutinitas simbolik, tetapi wujud nyata dari devosinya yang mendalam.
Ikon tersebut telah menjadi pusat spiritualitas bagi banyak umat Roma selama berabad-abad, namun Paus Fransiskus mengangkatnya kembali ke tempat istimewa dalam kehidupan rohani Gereja universal. Dia meyakini bahwa Bunda Maria adalah pelindung seluruh umat Katolik, terlebih mereka yang tertindas dan terpinggirkan.
Ziarah Pribadi yang Konsisten
Tidak hanya pada saat-saat penting, bahkan di luar agenda resmi Vatikan, Paus Fransiskus sering datang secara pribadi dan diam-diam ke basilika tersebut. Ia berdoa di malam hari atau di pagi buta sebelum memulai aktivitasnya. Baginya, basilika ini bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga tempat bernaung secara rohani dalam keheningan doa.
Permintaan Terakhir: Dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore
Wasiat Tahun 2022
Dalam sebuah dokumen pribadi yang kemudian diungkap usai wafatnya, Paus Fransiskus telah menyatakan secara eksplisit keinginannya untuk tidak dimakamkan di bawah Basilika Santo Petrus seperti para pendahulunya. Ia memilih Santa Maria Maggiore sebagai tempat peristirahatan terakhirnya, dengan permintaan makam yang sangat sederhana bertuliskan satu kata: Franciscus.
Keputusan ini tidak hanya mengejutkan, tetapi juga penuh simbolisme. Ia menolak kemegahan dan kemewahan makam tradisional, menginginkan kedekatan dengan umat, dan secara spiritual ingin “beristirahat di kaki Maria”.
Lokasi Khusus di Basilika
Menurut rencana pemakaman yang disetujui oleh Dewan Kardinal, jenazah Paus Fransiskus dimakamkan di antara Kapel Paolina dan Kapel Sforza, dua ruang doa paling bersejarah di dalam basilika. Lokasi ini sangat dekat dengan altar utama dan Salus Populi Romani, menandakan bahwa bahkan dalam kematian, Paus Fransiskus ingin terus ‘berjaga’ bagi rakyatnya.
Prosesi Pemakaman Paus Fransiskus
Misa Requiem di Lapangan Santo Petrus
Pada tanggal 26 April 2025, misa pemakaman Paus Fransiskus dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, dihadiri oleh lebih dari 130 perwakilan negara, termasuk tokoh lintas agama dan pemimpin dunia. Prosesi ini berlangsung sederhana namun penuh makna, mencerminkan gaya hidup Paus selama menjabat.
Beberapa umat mengaku tersentuh karena pemakaman tersebut tidak mempertontonkan kemewahan protokoler, melainkan menjadi refleksi tentang kasih, pelayanan, dan kesederhanaan.
Pemindahan Jenazah ke Basilika Santa Maria Maggiore
Setelah misa, jenazah dibawa melalui prosesi tertutup menuju basilika. Jalur yang dilalui melewati berbagai jalan yang kerap disinggahi oleh Paus saat kunjungan pastoral, seolah menjadi ziarah terakhirnya di tengah umat. Di basilika, peti jenazah diletakkan di ruang bawah tanah dan disegel secara privat sesuai permintaannya.
Makna Simbolik Pilihan Basilika Santa Maria Maggiore
Basilika yang Mendekatkan Paus dengan Umat
Berbeda dengan Basilika Santo Petrus yang memiliki nuansa kerajaan dan institusional, Santa Maria Maggiore dikenal sebagai tempat yang lebih ‘merakyat’. Banyak umat biasa yang datang untuk berdoa secara personal, menyampaikan syukur maupun keluh kesah di hadapan ikon Maria.
Dengan dimakamkannya Paus di sini, dia tidak hanya menolak eksklusivitas kekuasaan, tapi juga menempatkan dirinya secara spiritual di tengah umat yang selalu dia perjuangkan.
Tradisi Paus-Paus Sebelumnya
Meskipun tidak umum, Santa Maria Maggiore pernah menjadi tempat peristirahatan beberapa paus seperti Pius V, Sixtus V, dan Clement VIII. Namun setelah abad ke-17, tradisi itu menghilang. Paus Fransiskus menghidupkan kembali semangat zaman itu—di mana seorang paus adalah gembala, bukan raja.
Reaksi Dunia dan Umat Katolik
Apresiasi dari Tokoh Gereja dan Umat
Banyak tokoh gereja dan umat menyambut baik keputusan ini sebagai bentuk keteladanan yang patut diikuti. Uskup Agung Milan menyatakan, “Dengan memilih Santa Maria Maggiore, Paus Fransiskus menulis pesan terakhirnya tanpa kata-kata—pesan tentang cinta, kesetaraan, dan kedekatan.”
Di media sosial, tagar #GrazieFrancesco dan #MariaConTe sempat menjadi trending di beberapa negara Katolik. Banyak umat yang menyampaikan kesaksian betapa doa mereka berubah sejak mengenal Paus Fransiskus.
Komentar Lintas Agama
Pemimpin dunia Islam, Yahudi, dan Buddha juga memberikan penghormatan. Beberapa menyebut bahwa warisan Paus Fransiskus adalah “jembatan” antariman, dan pemakamannya memperkuat pesan bahwa spiritualitas tidak selalu harus eksklusif dan penuh hierarki.
Warisan Spiritual Paus Fransiskus
Ajaran dan Kebijakan Reformis
Sepanjang lebih dari satu dekade kepemimpinannya, Paus Fransiskus telah mendorong reformasi dalam sistem keuangan Vatikan, membuka dialog tentang peran perempuan dalam gereja, mengakomodasi umat LGBTQ+ dalam pendekatan pastoral, dan menjunjung tinggi keadilan sosial serta perubahan iklim.
Karya-karya tulisnya seperti Laudato Si’ dan Fratelli Tutti akan tetap menjadi referensi penting dalam teologi sosial dan moral Katolik modern.
Kesederhanaan sebagai Jalan Hidup
Dari awal kepemimpinannya, ia menolak tinggal di Apartemen Kepausan dan memilih tinggal di Casa Santa Marta, mengenakan salib besi alih-alih emas, serta sering turun langsung ke jalan menemui orang miskin dan imigran. Semua ini menjadikan warisannya lebih dari sekadar dokumen kepausan—tetapi gaya hidup yang bisa diteladani.
Wafat dalam Damai, Hidup dalam Warisan
Paus Fransiskus tidak hanya wafat sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik, tetapi juga sebagai simbol perubahan zaman. Keputusannya untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore bukanlah sekadar pilihan logistik, melainkan pesan mendalam tentang cinta akan Maria, kesederhanaan hidup, dan keberpihakan kepada umat biasa.
Ia adalah paus yang tidak hanya menyentuh teologi dan dogma, tapi juga hati dan rasa kemanusiaan. Kini, jasadnya mungkin terbaring di basilika kuno itu, tapi warisannya akan terus hidup dalam jutaan jiwa yang pernah disentuh oleh senyum, doa, dan teladannya.
Radar Tulungagung adalah situs portal berita lokal yang menyediakan informasi terkini, aktual, dan terpercaya seputar Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya.
Sebagai sumber berita yang profesional, Radar Tulungagung menyajikan berbagai topik menarik mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga gaya hidup dan olahraga.