Table of Contents
Pada 13 Mei 2025, dunia dikejutkan oleh kabar duka atas wafatnya Jose Mujica, mantan Presiden Uruguay yang dijuluki sebagai “presiden termiskin di dunia”. Ia tutup usia di umur 89 tahun setelah berjuang melawan kanker esofagus yang dideritanya sejak 2024. Namun kepergian sosok yang dikenal karena gaya hidup sederhana dan integritasnya itu bukan sekadar kehilangan bagi rakyat Uruguay, melainkan kehilangan global akan figur pemimpin yang otentik, jujur, dan sangat dekat dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Perjalanan Hidup José Mujica: Dari Gerilyawan ke Istana
Awal Kehidupan dan Akar Kesederhanaan
José Alberto Mujica Cordano lahir pada 20 Mei 1935 di Montevideo dari keluarga petani miskin. Masa kecilnya penuh dengan kesederhanaan. Ayahnya, yang merupakan keturunan imigran Spanyol, meninggal dunia ketika Jose Mujica masih berusia enam tahun, meninggalkan sang ibu yang berdarah Basque untuk membesarkan keluarga dengan kerja keras. Lingkungan tempat tinggal dan kondisi ekonomi yang serba pas-pasan membentuk pandangan hidupnya yang menolak kemewahan dan memilih hidup dalam kesederhanaan.
Aktivisme dan Masa Penjara
Jose Mujica bergabung dengan kelompok pemberontak Tupamaros pada 1960-an, yang terkenal dengan aksi-aksi militan melawan rezim otoriter Uruguay. Dalam perjuangan itu, ia mengalami berbagai luka tembak dan dipenjara selama hampir 13 tahun. Enam tahun di antaranya dihabiskan dalam isolasi. Ketika ditanya tentang pengalaman pahit itu, Mujica mengatakan bahwa penderitaan adalah bagian dari pelajaran hidup yang justru memperkuat keyakinannya terhadap nilai kebebasan, kemanusiaan, dan pentingnya demokrasi.
Reintegrasi dan Masuk ke Dunia Politik Formal
Setelah dibebaskan pada tahun 1985, Mujica tidak menyimpan dendam. Ia justru menempuh jalan damai dan masuk ke dunia politik dengan mendirikan Movimiento de Participación Popular (MPP), yang kemudian menjadi bagian dari koalisi kiri Frente Amplio. Dengan gaya kampanye yang jujur dan penampilan seadanya, ia sukses membangun basis dukungan dari rakyat bawah. Setelah menjabat sebagai Menteri Pertanian, ia akhirnya terpilih sebagai Presiden Uruguay dan menjabat dari 2010 hingga 2015.

Kepemimpinan yang Tak Biasa
Rumah Sederhana dan Mobil Tua
Selama masa jabatannya, Mujica tinggal di rumah mungil berlantai satu di pinggiran Montevideo, jauh dari kemewahan istana presiden. Ia tidak menggunakan pengawal pribadi secara berlebihan, dan lebih sering terlihat mengendarai mobil Volkswagen Beetle tahun 1987 miliknya. Bahkan, saat ditawari $1 juta oleh seorang kolektor untuk membeli mobilnya, ia menolaknya karena menganggap mobil itu bagian dari hidupnya.
Donasi Gaji dan Hidup Tanpa Fasilitas Negara
Dari gaji bulanannya sebagai presiden yang sekitar $12.000, Mujica hanya mengambil sekitar 10% untuk kebutuhan pribadinya. Sisanya disumbangkan ke berbagai program sosial dan organisasi yang membantu masyarakat miskin serta kaum tunawisma. Ia tidak segan tidur tanpa pendingin ruangan dan mencuci sendiri pakaian bersama istrinya, Lucía Topolansky, yang juga seorang politisi tangguh.
Kebijakan Progresif dan Visi Sosial
Legalisasi Ganja dan Pernikahan Sesama Jenis
Selama masa kepemimpinannya, Jose Mujica berani mengambil langkah-langkah kontroversial yang dinilai progresif. Salah satunya adalah legalisasi penuh terhadap produksi dan distribusi ganja yang dikelola oleh negara. Kebijakan ini bertujuan untuk menghancurkan kartel narkoba dan memberi kontrol lebih besar terhadap konsumsi masyarakat. Mujica juga mendukung legalisasi pernikahan sesama jenis dan aborsi aman, menjadikan Uruguay sebagai salah satu negara paling liberal di kawasan Amerika Latin.
Program Anti Kemiskinan dan Pengungsi Suriah
Mujica memperkuat sistem perlindungan sosial, memperluas program pensiun, serta mendorong reforma agraria untuk redistribusi tanah pertanian. Ia juga membuka pintu bagi pengungsi Suriah untuk tinggal di Uruguay sebagai bentuk solidaritas global. Bagi Mujica, isu pengungsi bukan soal politik, tapi soal nilai kemanusiaan universal.

Reputasi Global dan Pengaruhnya di Dunia
Pidato yang Mengguncang Dunia
Salah satu momen paling dikenang dari José Mujica adalah pidatonya di Sidang Umum PBB tahun 2013. Dalam pidato tersebut, ia mengkritik keras budaya konsumerisme global dan menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengorbankan kesejahteraan manusia dan lingkungan. “Kami datang ke dunia ini untuk bahagia, bukan untuk jadi budak pasar,” ujarnya dalam bahasa Spanyol yang penuh ketegasan dan ketulusan.
Simbol Pemimpin Berintegritas
Di tengah maraknya skandal korupsi dan krisis kepercayaan terhadap pemimpin dunia, sosok Mujica justru menjadi oasis kejujuran dan moralitas. Ia sering diundang ke berbagai forum internasional untuk berbicara tentang etika dalam kepemimpinan, pembangunan berkelanjutan, dan peran negara dalam kesejahteraan rakyat. Majalah dan media internasional menjulukinya sebagai salah satu pemimpin paling dihormati di dunia.
Wafatnya José Mujica dan Reaksi Dunia
Prosesi Pemakaman yang Penuh Haru
Pemakaman José Mujica berlangsung dengan suasana khidmat dan penuh haru. Rakyat Uruguay berbondong-bondong turun ke jalan, mengenakan pakaian putih dan membawa bunga matahari, simbol ketulusan yang diasosiasikan dengan Mujica. Peti jenazahnya diarak dengan kereta kuda, diselimuti bendera Uruguay dan panji Artigas. Tangisan dan nyanyian rakyat menyatu sebagai penghormatan terakhir untuk sang pemimpin rakyat.
Duka dari Para Pemimpin Dunia
Ucapan belasungkawa datang dari berbagai pemimpin dunia seperti Luiz Inácio Lula da Silva, Emmanuel Macron, Justin Trudeau, hingga Paus Fransiskus. Semua menyatakan kekaguman atas dedikasi Mujica terhadap nilai keadilan, kesetaraan, dan demokrasi. Sekjen PBB juga menyampaikan pernyataan resmi, menyebut Mujica sebagai “cahaya moral bagi dunia modern.”
Tiga Hari Berkabung Nasional
Pemerintah Uruguay menetapkan tiga hari berkabung nasional. Bendera dikibarkan setengah tiang di seluruh institusi negara. Sekolah dan universitas menggelar acara mengenang kontribusi Mujica, dan media nasional menyiarkan dokumenter-dokumenter kehidupannya selama 72 jam penuh.

Warisan yang Tak Tergantikan
Inspirasi untuk Generasi Pemimpin Baru
José Mujica menjadi simbol perlawanan terhadap gaya hidup politik yang mewah dan terasing dari rakyat. Ia membuktikan bahwa kekuasaan tidak harus mengubah karakter dan gaya hidup seseorang. Banyak pemimpin muda di Amerika Latin, Afrika, dan Asia mengakui bahwa mereka terinspirasi oleh filosofi kepemimpinan Mujica.
Dokumenter, Buku, dan Pidato yang Abadi
Kehidupan Mujica telah diabadikan dalam berbagai bentuk karya. Film dokumenter “El Pepe, Una Vida Suprema” karya Emir Kusturica memperlihatkan keseharian Mujica dengan lensa humanis. Buku-buku biografi seperti “Una oveja negra al poder” juga menjadi bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin memahami sosoknya. Beberapa pidatonya kini dipelajari di universitas sebagai bahan studi etika kepemimpinan dan politik moral.
Kehidupan Setelah Masa Jabatan
Setelah tidak lagi menjabat presiden, Mujica kembali ke pertaniannya dan menolak tawaran menjadi pejabat atau tokoh politik lain. Ia lebih memilih mengajar, berkebun, dan menulis. “Saya bukan orang suci, saya hanya orang tua yang lelah melihat dunia terlalu banyak bicara dan terlalu sedikit bertindak,” katanya dalam salah satu wawancara terakhirnya.
Penutup: Warisan José Mujica, Lentera Moral Zaman Ini
Wafatnya José Mujica adalah kehilangan besar, namun juga peringatan abadi tentang apa arti sejati dari menjadi pemimpin. Ia bukan hanya presiden Uruguay; ia adalah pemimpin dunia dalam arti yang paling hakiki. Dalam dunia yang penuh kegaduhan, manipulasi citra, dan kerakusan politik, Mujica hadir sebagai suara nurani. Ia menunjukkan bahwa kekuasaan sejati lahir dari cinta kepada rakyat, bukan ambisi pribadi. Warisannya akan terus menyala dalam ingatan sejarah sebagai cahaya yang tak padam di tengah gelapnya krisis nilai dalam politik global modern.
Kini, Jose Mujica telah tiada. Namun ajarannya, kesederhanaannya, dan keberaniannya akan hidup selamanya dalam hati rakyatnya, dan dalam jiwa siapa pun yang percaya bahwa politik bisa dijalani dengan cinta, keberanian, dan kejujuran.